Dinamika.
Ya... dinamika selalu ada, dibelahan bumi manapun. Dakwah pun juga ia sapa,
berikut para pejuang yang berjalan bersamanya. Bila ego lebih mendominasi dan
berbagai alasan berusaha membenarkan tindakan, tak heran banyak yang memilih
cuek tak peduli bahkan menarik diri secara tersembunyi tanpa ucapkan salam
perpisahan pada saudara-saudara seperjuangan yang tetap mencintainya dan bahkan
rela saudaranya itu langsung memikul amanah yang ditinggalkan. Bukan membiarkan
apalagi melepaskan, namun saat tabayun tak lagi ditanggapi, silaturahim ke
kosan tak selalu dapat dijumpai hanya doa yang bisa dilakukan. Semoga hati-hati
ini bisa saling memaafkan. Biarlah Allah Yang Maha Mengetahui yang
menilai. Kebaikan apapun yang dilakukan itu akan kembali kepada pelakunya
“Barangsiapa
mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri....” (Q.S Al-Jasiyah:15)
Mereka yang
bertahan dan tetap sabar dalam dakwahlah yang mampu terus memperjuangkan dakwah
ini hingga berakhirnya masa. Bagaimanapun hasilnya, yang penting prosesnya,
ikhtiar-ikhtiarnya, doa-doa serta kekuatan dari sebuah jamaah yang satu fikrah
(pemikiran). Yang paling penting apakah keberadaan kita di sana sudah
memberikan kontribusi/pengaruh baik dalam dakwah atau hanya sebagai salah satu
yang menjadi perusak dalam dakwah? atau karena kita, dakwah tidak berkembang?
InsyaAllah
tak sulit mengusung kemenangan dakwah itu, jika saat memilih menerjunkan diri
dalam dakwah, Niatkan ikhlas karena Allah, Ingatkan pada diri
bahwa dakwah kewajiban bagi setiap jiwa. Muhasabah
diri dan amanah (Amanah itu akan dimintai pertanggungjawabannya), lalu
evaluasi dan cari tau kekurangannya dimana, kemudian benahi/perbaiki
dengan cara serta strategi yang berbeda dari sebelumnya (Ikhtiar optimal),
selanjutnya berdoa kepada Allah, semoga amanah bisa
diringankan dan ada hasil/target yang dicapai.
Dalam
berdakwah harus dilakukan pendekatan. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW
sebagaimana yang terdapat dalam Q.S An-Nahl:125, ada 3 pendekatan dakwah
Rasulullah:
1. Hikmah
(Bijak)
2. Mau’izhah
hasanah (nasihat yang baik)
3. Jidal
(debat) dengan cara yang baik
Sedangkan 3
perkara yang dengannya hati seorang muslim tidak akan tergelincir:
1. Ikhlas
dalam beramal karena Allah
2. Menasehati
pemimpin
3. Komit
pada jamaah
Dakwah dengan
dinamika yang mewarnainya, akan tetap bertahan dengan warna indahnya dari awal
hingga akhir bila para pelaku dakwah istiqomah mempertahankan hal-hal baik yang
ada sebelumnya dan peningkatan dari kualitas pelaku dakwah itu. Bila objek dakwah
tak tersentuh sama sekali dan dakwah lebih sering difitnah jangan berkecil
hati. Karena petunjuk itu hanya dari Allah yang diberikan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya.
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq)
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan
(di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan
cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S
Al-Baqarah:272)
Don’t Forget, Ruhiyah, fikriyah dan
jasadiyah dari para pengemban dakwah itu sendiri yang wajib di evaluasi
(terjaganya amalan yaumiyah setiap hari, bertambahnya wawasan baik terkait
organisasi dakwahnya maupun ilmu agama, dan terjaganya fisik/tubuh dengan baik
sehingga sehat dan kuat menjalankan amanah-amanah yang luar biasa tantangannya).
Hindari maksiat, sekecil apapun yang bisa menyebabkan terhijabnya
(terhalangnya) rahmat dan ridha Allah.
Tiada beban tanpa pundak
Begitupun
Tiada Dakwah yang tak tersapa dinamika
Tiada Generasi yang baik tanpa terbina
Tiada Ukhuwah tanpa cinta
Tiada Cinta tanpa pengorbanan
Tiada Pengorbanan tanpa keikhlasan
Tiada keIkhlasan tanpa niat karena Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar