Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan

13 Jan 2023

Riview Buku Bumi Hijrah karya teh Karina Hakman

 Ditulis oleh: Dhelvita Sari

Cerita tentang menjemput hidayah dari seorang muslimah yang bernama Karina Hakman (ia temukan hidayah dan mulai memutuskn hijrah saat berada di negeri non-muslim.) Skenario takdir dari-Nya untuk hamba-Nya yang memiliki kelurusan hati dan niat yang lurus ingin hijrah karena Allah karena meski hanya berupa bersitan doa dalam hati. Ternyata itu, Allah wujudkan dengan cara yang indah. Selalu huznudzon kepada Allah.


Awal mula saya memiliki buku ini dari sahabat semasa kuliah yang menawarkan Pre Order buku via japri whatsap bulan 28 Mei 2018. Secara singkat saya baca ringkasan bukunya tentang apa? dan siapa penulisnya? sebelumnya saya sedikit tau tentang teh Karina. Saat itu, di sebuah acara kami berada di tempat yang sama. Ada seorang bocah laki-laki yang naik ke atas panggung mengambil mic di saat acara itu berhenti karena sudah azan zuhur. Ia membaca surah yang ada di alquran dan dengan pedenya melantangkan hafalan al-qurannya. Berkali-kali bocah usia sekitar 3 tahun memainkan mic dan membaca surah dari al-quran. Orang di sekitar saya mengatakan, "itu yusuf anaknya teh Karina. Uminya lagi tilawah anaknya di depan sibuk mainkan mic". Saya lihat teh karina mendekati yusuf agar tidak memainkan mic. Untuk pertama kali saya melihat teh Karina secara langsung. MasyaAllah, pendidikan seperti apa yang diterapkan seorang ibu hingga bisa menumbuhkan kecintaan al-quran di hati anaknya.

Terus berlanjut, saya baca tulisan beliau dari reposting teman. Saya add akun facebook teh karina. Di sana saya baca singkat profil beliau bahwa beliau lulusan luar negri (S1 New Zealand dan S2 Australia).

Akhirnya, orderan buku Bumi Hijrah sampai di tangan saya setelah idul fitri sekitar bulan Agustus. Setelah diterima, bukan langsung dibaca sampai selesai, hanya melihat dan baca sekilas. Baru tau ternyata beliau lahir dari orangtua muslim dan nonmuslim (ayahnya muslim orang Bengkulu dan maminya non-muslim keturunan Cina). Saya membaca hanya sekitar 3-4 lembar, setelah itu, saya simpan buku di rak. Bertambah buku yang tidak dibaca (rajin beli buku tapi baca kalau udah berbulan-bulan tersimpan di rak baru dicicil membacanya). Ini terjadi hari ini, buku ini baru saya baca lagi tadi pagi dan masih menyisakan beberapa lembar karena harus dihentikan, mau ngejar deadline menulis perangkat pembelajaran persiapan mengajar besok. Saat laptop dibuka, godaan muncul, ingin menulis tentang hasil baca buku Bumi Hijrah. Dan ini hasilnya. 😀

Membaca buku ini halaman demi halaman jadi tafakur diri dan syukur pada Allah diingatkan lewat tulisan teh Karin, memutar cerita perjalanan hijrah saya dan memang benar. Skenario Allah itu indah dan hijrah itu memang butuh lingkungan yang mendukung. Hijrah tentang kembali kepada Allah dan meninggalkan kejahiliyahan. Menshalihkan diri, juga mau turut menjadi wasilah menshalihkan orang sekitar. The first point "Niat hijrah karena Allah" belajar Islam lah secara kaffah. Jika tau ilmu maka wajib melaksanakan dan harus siap meninggalkan hal yang dilarang Allah.


Saat membaca buku ini bulir airmata ikut menetes karena saya bisa ikut merasakan seperti apa yang dirasakan teh Karin, mahal dan berharga hidayah menuju Allah itu dan ketika merasakan indahnya ukhuwah dari orang-orang shalihah yang jadi jalan hijrah. Serta tantangan dalam hijrah dari lingkungan sekitar yang heran dengan perubahan dan atas pilihan karena lebih memilih cara yang dicintai-Nya dalam menjalani hidup sebagai seorang muslimah.


"Jika ingin hasil optimal, maka bukan amanah yang dikurangi, namun pengorbanan yang ditambahkan."(Karina)


"Jika bukan karena Rahmat Allah nanti yang menjadi jalan kita ke Surga, maka Amal-amal dunia sebanyak apapun akan dibanggakan seorang hamba di hadapan manusia. Tapi ujub dan riya itu akan menghanguskan setiap niat yang bukan karena-Nya. Teruslah bergerak, beramal dan berlarilah menuju Rabb, Tuhan Pencipta Alam. Hijrahlah karena Allah.”

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100).

“Untukmu wahai ukhti, saudariku dimanapun, jika hidayah telah hadir di hati, sambut ia dengan kesungguhan diri untuk terus perbaiki diri jadi hamba yang Ia cintai. Semoga Jalan hijrahmu terus dapat bimbingan dari Allah. Hingga segala kesulitan dan godaan mampu engkau lewati.”.

 

Dariku yang juga sedang menata diri menuju ridha Ilahi

-Idhel-

4 Jan 2023

Cerita Bertemu Teman Kuliah di Store Atelier Angelina

By: Idhel_Aa

Bilangan masa yang pernah terlewati.

Mengukir kesan dan ingatan.

Berkali-kali dipertemukan dalam jalan penimba ilmu-Nya.

Mengikat hati dalam rabithoh pekanan.

Wahai teman, kita tak pernah tau kapan limit hidup ini berakhir.

Namun dalam logika pikir, kita tau hari ini milikmu esok belum tentu.

Maka...

Bersyukurlah dalam keterbatasan

Berbahagialah dalam segala ujian

Kuatlah dalam banyak amanah yang diemban

Belajarlah dalam setiap kegagalan atau keterlambatan

Fokuslah dalam banyak godaan

Diam bukan berarti tak bergerak, karena air yang tenang itu sebenarnya sedang bergerak menyusuri sungai. sehingga air sungai jadi jernih.. 

Bertemu dan silaturahim dengan teman jaman kuliah di storenya Ateliar Angelina. sepertinya kami hampir setahun lebih belum pernah bertemu. Terakhir bertemu di butiknya teh ghaida bareng irma. AA lagi diskon akhir tahun, jadi pas ke sana udah pada rame yang beli, teteh2, ibu2 pada ngeborong banyak sampai heboh ketika di gelar stok2 baru pada rebutan. Ternyata mereka itu para jastiper (beli bukan untuk dirinya tapi itu titipan). hmmm.. jual Jasa titip yang lumayan menghasilkan cuan dan bagi yang senang shoping tampak happy2 aja jadi jastiper. 😀



Saya cuma lihat saja karena dari dulu lebih sering bikin baju sendiri dimana desain, bahan dan ukuran bisa sesuai keinginan sendiri. Yang jelas ekslusif gak ada yang samaan dengan orang lain gamisnya..  Termasuk baju yang saya pakai, didesain sendiri. *yang mau PO boleh.. Bisa lihat Instagram @dhelficollection

Yang mau belanja siti, saya gak ada rencana belanja karena rata2 bajunya kepanjangan untuk ukuran saya. keliling lihat2, eh ada yang ukuran xs dan warnany serta motifnya saya suka apalagi harganya lumayan murah. (maklum, sering beli kain jadi tau kisaran modal buat bikin gamis, apalgi upah jahit gamis lumayan mahal). Akhirnya ikutan beli.. Alhamdulillah rizkinya tth penjual.

*Cerita penutup akhir tahun.

Semoga malam ini tidk ada bunyi petasan. kaum Muslim/ah harus menghindari kebiasaan yang tidak ada contohnya dalam Islam apalagi itu sia2, mengganggu orang lain beristirahat. 😊

20 Sep 2012

Perjalanan Menghafal Al-Qur’an Akhwat yang Divonis Tumor Otak


(Dhelvita Sari)

Langit malam itu tidak lagi sendiri
Ada bulan yang menemani
Menyapa dan memotivasi
Melengkapi indahnya karunia Ilahi
Dalam sisi hidup seorang ukhti

Ana jadi teringat cerita yang ana sampaikan dalam tausyiah rapat umum Tutorial juma’at, 20 September 2012.  Kisah yang belum mampu ana bagi dengan begitu sempurna namun sempat membuat ana berlinang air mata membaca pengalaman seorang Ukhti, dalam sakit tumor otak ia mampu meluangkan waktu dan begitu bertekad kuat mengkhatamkan hafalannya sebelum ajal menjemput. SubhanaAllah..

Aminah menuturkan, "Aku adalah wanita yang dulu kuduga bahwa diriku sudah meninggal sebelum lahir. Karena saya menghadapi beberapa musibah yang beragam dalam hidupku. Sesuatu yang tidak terbayangkan dalam benak.

Namun, alhamdulillah, keyakinanku pada Allah semakin kuat. Saat saya bingung memaknai kehidupan sekelilingku, saya berserah kepada-Nya. Saya mengidap penyakit tumor otak. Tidak terlalu buruk, tapi penyakit itu mengerikan. Penanganan terus dilakukan, namun tidak ada tanda-tanda baik selama empat tahun.

Terakhir kali saya mengunjungi dokter, mataku merasakan dunia tampak gelap disebabkan akhir pemvonisan. Kabar yang selamanya tidak menyenangkan. Lalu, saya putuskan untuk menghafal Al-qur'an. Berniat menghafalnya sebelum saya mati, karena saya merasa ajalku telah dekat.

Aku memulai hafalan sendiri. Kadang semangatku melemah, karena saya yakin memaksakan otak dengan hafalan bisa menambah ganasnya penyakit. Namun saya tetap memuji Allah siang malam karenanya. Saya terus menyelesaikan setiap juz, ada kebahagiaan terbesar saat menyelesaikannya. Perasaan senang melupakan penyakitku, sekalipun saya juga sibuk dengan membantu Ayah-ibu.

Keinginan untuk tidur selalu menyerangku namun saya khawatir waktuku akan habis percuma. Maka saya berserah diri pada Allah. Segenap diriku yakin akan terjauh dari setan. Dan saya mengalahkannya dengan memperbanyak wudhu, banyak bergerak, pantang mundur, saya tetap menghafal dan tetap meminta bantuan Allah dengan shalat dan istigfar.

Tangisku tiba-tiba mengucur deras, merasa dalam waktu dekat saya akan mati. Karena itu, saya harus menghafal Al-qur'an sampai bertemu Allah dengan kitab-Nya, mudah-mudahan Dia mengampuniku. Aku sempurnakan perjalanan hafalan. Saya berpindah dari halaman ke halaman dan dari baris ke baris. Pada saat bersamaan saya melawan sakit, melawan bisikan setan dan nafsuku sendiri.

Tapi, dengan apa saya menghadap Allah robbil alamin? saya mengharap penolong.. saya ingin penghibur dalam kuburku. Kubur itu sunyi. Jika semangatku melemah, dengan cara apa saya berbakti kepada kedua orangtuaku, saya berharap memuliakan mereka di Hari Kiamat dengan mahkota. Bukankah mereka begitu memperhatikan sakit yang saya derita? Begitulah, saya juga selalu teringat perkataan malaikat nanti, "Bacalah dan naiklah," Maka tinggi dan luhurlah niatku.

Saya sempurnakan perjalanan hafalan.. hari-hari berlalu, sedang saya bersungguh-sungguh, sampai akhirnya datang malam khataman. saya putuskan untuk tidak tidur sebelum menghafal. Saya berwudhu, lalu shalat dua rakaat, dan mulai menghafal. Dan pada malam itu dengan karunia-Nya, Allah membuka pintu hatiku lebar-lebar. Saya menghafal dengan puncak konsentrasi dan kebahagiaan. sampai saya mencapai kemuliaan hafalan..dan akhirnya, tampak olehku surat an-Nas, Ya Allah.. Akhirnya saya sampai.. di sini saya mengucurkan airmata yang belum pernah terasa manis sebelumnya. Lalu saya menangis dari relung hati terdalam. Saya telah hafal sebagaimana orang yang diajukan untuk mendengar di depan malaikat dan pemimpin orang-orang syahid. Kematian terbayang olehku terasa dekat. Tapi perasaanku tidak seperti dulu lagi, sekarang saya merasa senang, karena akan bertemu dengan-Nya sedang saya telah menghafal kitab-Nya.

Selang beberapa hari, saya pergi mengobservasi analisa tumor. Dan saya sudah dalam keadaan bersiap-siap menerima musibah, penyakit saya semakin parah. Namun saya ditimpa shock yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dokter keluar mengabari hasil analisis. Dokter tampak tercengang. Mereka berkumpul untuk menguatkan apa yang dilihat pada sinar-X. Saya duduk sambil berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah musibahku. Dan gantilah yang lebih baik."

Menit berlalu bagaikan tahun. saya merasa down saat dokter mulai mengabari hasilnya. Dan, saya terperanjat shock saat dokter bilang, "SubhanaAllah..., engkau sudah sembuh sempurna dengan proporsi tujuh puluh persen!

Allahu Akbar... Allahu Akbar..

Ya Allah, alangkah Agungnya berita ini, saya yang mengharap kemajuan satu persen saja, namun Engkau ganti lebih. seketika itu saya menangis dengan tangisan yang belum pernah kulakukan sebelumnya dalam hidupku. Maha benar firman-Nya, "Dalam Al-Qur'an ada penyembuh bagi manusia."

SubhanaAllah... Allah Maha Segalanya yang bahkan manusia pun tidak bisa memutuskan akan hidup seseorang jika Allah berkehendak ia belum saatnya bertemu dengan Rabb-nya..! Ini nyata dialami oleh Aminah Al-Mi'thowi.

Ini salah satu kisah perjalanan para penghafal Al-qur'an (Dalam buku yang berjudul "Kisahku dalam Menghafal Al-qur'an"). Penulis Muna Said Ulaiwah.

7 Sep 2011

Kisah Inspirasi "Dia Ditakdirkan tuk Jadi Pendamping Hidupku"



Kisah seorang ibu yang berhasil mendidik putar-putrinya menjadi penghafal Al-qur’an.
Kehidupan masa remaja wiwi dan tamim lurus terjaga hingga kedua insan ini akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga karena Lillah. Rumah tangga yang kini telah mencetak generasi-generasi rabbani, pecinta Al-qur’an. Inilah yang akan diraih bagi mereka yang menjadikan cinta karena Lillah. Semua akan indah, merekah dalam kasih Illah dalam setiap nafas. 

Proses Ta'aruf yang Benar, InsyaAllah Merakah Indah Dalam Kasil Ilah


Memilih pasangan dengan pertimbangan-pertimbangan diniyah, merupakan modal dasar untuk melangkah dengan harmoni.
Rasulullah bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara, karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang baik dalam agamanya agar berkah kedua tanganmu (kehidupanmu).” (HR. Muslim)

Demikianlah islam mengatur bahwa sakinah mawaddah dan rahmah bagi pasangan yang hendak menikah, diawali dari niat yang berlandaskan niat rabbaniyah, kebaikan agama. Tampaknya, hal itu pula disadari oleh Wiwi dan Tamim. Niat untuk bersih di dalam proses pernikahan pun menjadi awal yang baik dan keberkahan bagi proses membangun rumah tangga.

Wiwi mengisahkan bahwa saat remaja, sebagaimana layaknya remaja lain, ketertarikan kepada lawan jenis tentu tidak bisa dihindarkan. Dia pun mengalaminya. Wiwi yang aktivis dan cerdas tentu menarik bagi banyak remaja pria sebayanya. Akan tetapi, bukan perasaan senang yang muncul dalam hatinya, melainkan rasa takut. Takut kalau-kalau keberadaannya yang menarik perhatian teman-teman prianya itu akan mendatangkan fitnah.

Ketakutan bahwa dirinya akan menimbulkan fitnah bagi orang lain, diiringi dengan semakin takutnya dia terjerumus, semakin menjadi ketika salah seorang teman prianya berkata, “Jika aku tidak bisa menikah denganmu maka aku tidak akan menikah!”

Dalam sebuah kesempatan training PII, dia bertemu dengan Mutamimul ‘Ula. Rupanya di situ awal cinta bersemi. Ketertarikan pada lawan jenis adalah fitrah semua manusia. Wiwi merasakan perasaan yang berbeda pada Mutamimul ‘Ula saat itu. Perasaan takut Wiwi akan terjerumus kepada perbuatan maksiat kembali mendera. Dia merasa berdosa, tersiksa hingga beberapa tahun lamanya. Setiap kali shalat malam, Wiwi menangis dan dalam tangisnya dia berdo’a, “Ya Allah, saya telah berdosa. Ampunilah saya. Saya sudah berkomitmen pada prinsip-prinsip dakwah. Saya tidak menyukai cara ini!”

Sebagai seorang muslimah yang taat, dia memahami pesan Allah tentang hubungan lelaki-perempuan yang bukan mahram. Wa la taqrabu zina, innahu kana fahisyatan wa sa’a sabila, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra’, 17:32)

Seperti remaja pada umumnya, Wiwi menganggap bahwa dirinya masih jauh dari rencana menikah. Dia berencana menikah pada usia 25 tahun. Meskipun mereka berjauhan, Wiwi di Bandung dan Tamim di Semarang, mereka tetap saja sering bertemu dalam aktivitas organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Jadi, solusi rabani yang akhirnya dimintanya. Dia berdo’a pada Allah, “Ya Allah, jika dia jodohku, dekatkan. Kalau jauh, jauhkanlah.”

Wiwi dan Tamim adalah seorang yang sama-sama menyibukkan diri dengan Al-qur’an dan aktivitas organisasi Islam. Bahkan, ketertarikan Wiwi kepada Mas Tamim pun lebih banyak didorong oleh latar belakang keislamannya. Wiwi dan Mas Tamim memiliki latar belakang sama-sama anggota PII sehingga Wiwi menganggap bahwa mereka sama-sama mengerti ruh perjuangan Islam. Pertimbangan-pertimbangan ukhrawi ini seirama dengan para pejuang Islam terdahulu, bahwa memilih pasangan bukanlah semata persoalan duniawi tetapi sebuah investasi akhirat.

Alasan ketertarikan kepada suaminya kala itu lebih kepada faktor sama-sama mengerti ruh perjuangan. Wiwi juga mengagumi kepahaman agama Tamim yang bagus. Apalgi, penguasaan terhadap Al-Qur’an yang bagus dipadu dengan latar belakang akademis yang umum. Memadukan pikir dan zikir. Kepemimpinan Tamim yang kuat sebagai ketua PBII waktu itu juga menarik hati Wiwi.

Tampaknya Allah telah menakdirkan jodoh bagi Witrianingsih adalah Mutamimul ‘Ula. Ketika dia duduk di tingkat tiga Universitas Padjajaran Bandung dan tingkat empat Universitas islam Bandung, Mutamimul ‘Ula melamar. Dia melamar Wirianingsih dengan penuh kesederhanan. Dalam  persoalan pernikahannya pun, Wiwi menganggap bahwa semuanya berada dalam garis dakwah. Saat itu, Wiwi sedang mendapat tugas ke Salatiga untuk menjadi instruktur training PII se-Jawa Tengah. Wiwi awalnya akan berangkat dengan temannya, tetapi temannya urung datang, justru Tamim dan kakanya yang datang. Melihat Wiwi yang akan berangkat sendirian, kakak Tamim berinisiatif , “Sudah, dihalalkan saja, kamu nikahi Wiwi, dan antar ke Salatiga, kasihan kalau harus jalan jauh sendirian.” Tamim berpikir keras. Kemudian, dia berkata, “Kita sama-sama shalat malam lalu nanti kita pleno-kan.” Mereka berdua shalat malam di tempat masing-masing, lalu setelah itu digelar rapat pleno bersama teman-teman PII yang lain untuk membicarakan rencana pernikahan mereka. Kemudian, para anggota rapat menanyakan kesediaan Wiwi. Wiwi bimbang sebab menikah di usia sebelum 25 tahun sungguh di luar rencana hidupnya.

Akhirnya Wiwi berkata, “Terserah Bapak saya saja, jika beliau mengatakan ya, saya bersedia.” Akhirnya, Wiwi urung pergi ke Salatiga. Tamim beserta dua orang temannya menghadap ayah Wiwi, mengutarakan niatnya untuk menikahi Wiwi sebagai Istri dan teman seperjuangan. Jawaban yang didapatnya adalah, “Bismillah, nikah saja, rezeki urusan belakangan.” Hati Tamim tentu terlonjak gembira, Wiwi berbunga-bunga bercampur rasa takut luar biasa. Pad siang harinya, berkumpulah 25-30 orang yang sebagian besar adalah pengurus besar PII dan tetangga sekitar rumah, untuk menyaksikan akad Tamim dan Wiwi. Usai akad, mereka lansung berangkat ke Salatiga. Mereka telah sah menjadi pasangan suami-istri mujahid dan mujahidah. Hingga kini, mereka berdua tidak pernah menyelenggarakan walimatul ‘ursy.

Teruntuk muslimah, mari kita ambil ibrohnya, sesungguhnya proses pernikahan yang benar yang hanya di niatkan karena Allah tanpa terkotori oleh nafsu syahwat InsyaAllah akan penuh berkah dalam mahligai sebuah pernikahan. Kita tidak bisa memungkiri bahwa cinta anugerah yang telah diberikan Allah kepada setiap hati manusia. Namun persoalannya adalah bagaimana cinta itu dikelola dengan cara yang benar dan diridhai-Nya. 

Cinta yaitu Cerita Indah Nan Tiada Akhir, sebuah rasa yang tak bisa digambarkan namun hanya bisa dirasakan. Setiap hati-hati yang tersinggahi cinta, biasanya terjadi perubahan-perubahan pada diri. Kini tergantung pemilik hati itu mengelola anugerah cinta tersebut. Biarkan Cinta itu tersimpan dalam hati, serahkan pada Allah. Allah Maha Mengetahui, bahkan yang terbaik untuk diri kita. 

Ukhtifillah, Muslimah dimanapun. Jagalah sikap dan perilaku kita, agar tak ada hati-hati ikhwan yang terkotori. Biarkan Allah yang memilih jodoh untukmu wahai saudariku, kini tinggal kita perbaiki diri dan menjadi pribadi yang baik. Jika saatnya sudah tepat, jodoh datang kepadamu maka pilihlah cara/proses yang benar agar proses ta'aruf menuju pernikahan di ridhai Allah dan tidak menimbulkan fitnah. Pernikahan dengan proses yang benar dan diridhai Allah, InsyaAllah akan penuh Berkah. Seperti kisah Wiwi, seorang akhwat yang berusaha menjaga hatinya agar tak mendekati dosa.  Proses pernikahan yang baik maka akan berbuah kebaikan dan keberkahan di dalam rumah tangga. Wiwi telah membuktikannya, kini ia telah berhasil melahirkan dan mendidik putra-putrinya menjadi penghafal Al-Qur'an. Tak inginkah dirimu demikian wahai ukhti ? Menjadi ibu yang melahirkan generasi-generasi Qur'ani



 Segores tulisan dari Insan yang berharap menjadi salah satu ibu yang bisa melahirkan dan mencetak generasi-generasi Rabbani, pecinta Al-Qur'an. Aamiin...^^

Ukhtifillah..
Semua akan Indah Pada Waktunya...!!
Jagalah Hati dan Perilaku
Agar tak ada yang Terjerumus ke dalam Dosa
Yuk.. kita jalani proses ta'aruf yang benar
Agar merekah kasih Illah
Membingkai Cinta karena Lillah 
Agar meraih derajat taqwa
Dalam membina mahligai rumah tangga