6 Jan 2012

Resume Buku "Sudahkah Kita Tarbiyah?"


Buku yang berjudul “Sudahkah Kita Tarbiyah?” yang ditulis oleh Eko Novianto terdiri dari 22 point penting. Dari 22 Point tersebut hanya beberapa bagian saja yang di tulis kembali mengenai ringkasan buku ini. Ringkasan yang mudah-mudahan bisa menggambarkan secara umum tentang isi buku “Sudahkah Kita Tarbiyah?”


            Kegagalan tarbiyah bisa terjadi ketika proses tarbiyah itu sedang dilakukan, tetapi juga di awal proses serta kesalahan persepsi tentang tarbiyah itu sendiri. Ada lima kesalahan persepsi tentang tarbiyah, yaitu tarbiyah dianggap sebagai transfer ilmu, murabbi adalah segala-galanya, proses indoktrinasi dan dominasi, sistematika dan metodologi tarbiyah dipersepsikan sebagai hal yang baku, dan kecenderungan untuk melakukan “kloning” murabbi.

            Selanjutnya coba kita tanya kembali ke dalam diri kita, apakah kita sudah tarbiyah?. Dalam buku ini dijelaskan bahwa seseorang dikatakan sudah tarbiyah, yaitu :
1.      Jika kita mengembangkan sikap terbuka terhadap perubahan, inilah hasil akhir dari tarbiyah itu sendiri.
2.      Jika kita menjadi insan yang tegas dalam prinsip  memiliki  determinasi yang tinggi, sabar, dan ulet, serta tidak dapat diprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan kontraproduktif.
3.      Jika kita menjadi pribadi yang aktif
4.      Jika kita menjadi yang memiliki sikap mawas diri, tarbiyah menjadikan seseorang memiliki kesadaran bahwa berjamaah atau berorganisasi tetaplah lebih baik daripada sendiri dengan kelemahan dan keunggulan pribadi.
5.      Jika sudah menjadi pribadi yang mandiri, yang bukan tergantung pada orang lain
6.      Jika kita adalah sosok yang berperasaan, tetapi tidak emosional.
7.      Jika kita sanggup belajar dari kesalahan.
8.      Jika hidup di masa sekarang, bersikap realistis, dan berpikr relatif
Hal yang berperan penting dalam banyak hal adalah orientasi, termasuk tarbiyah. Orientasi menentukan seberapa ‘nilai’ diri kita hari ini dan bahkan menentukan pula seberapa jauh kita akan beranjak dari titik di mana kita berada hari ini.

Dinamika dakwah dalam tarbiyah adalah kawan akrab dalam perjuangan. Faktanya, tak ada perjuangan yang tak tertampar dinamika. Perjuangan tanpa dinamika adalah keangkuhan. Semoga kita mampu memahami dan cermat terhadap dinamika dakwah.

Adakalanya suatu masa kita menghindari pertemuan dengan ikhwah dan tidak menikmati informasi yang didapat. Penyebabnya mungkin karena overload informasi, segala sesuatu yang berlebihan senantiasa tidak baik. Demikian pula halnya dengan akses informasi. Minimnya informasi memang akan menghambat kita dalam hal inisiatif, kreativitas, dan kegiatan dakwah. Tetapi, overload informasi juga bukan keadaan ideal. Reaksi negatif dalam komunikasi tersebut di atas setidaknya mengisyaratkan tentang bahaya dari keadaan tersebutyang mengancam kesinambungan gerak dakwah. Oleh karena itu, perlu kejelasan ruang lingkup tugas merupakan tahap awal menghindarinya. Memperjelas alur informasi, wewenang pengawasan, dan otoritas evaluasi merupakan fondasi yang kuat sebagaimana fondasi bagi sebuah bangunan.

Dalam perjalanan dakwah, banyak kita temukan beberapa pelanggaran syar’i yang dilakukan oleh kader dakwah. Ini jadi penentu dalam melihat kualitas kader. Penurunan kualitas kader memang menyesakkan dada. Namun, bukan tidak mungkin dengan itu manajemen dakwah dapat pembelajaran yang sangat berharga dari kesalahan-kesalahan kader dakwah. Dalam hal ini, terdapat tiga alternatif tindakan yang bisa kita lakukan. Ketiganya adalah antisipatif, responsif, dan kuratif.

Institusi dakwah kita adalah wadah untuk ketenangan dan kebahagiaan. Ia adalah tempat di mana kita berkumpul dengan orang-orang saleh, dan orang-orang baik. Tetapi, di tengah kesamaan tersebut, bukan berarti tidak ada perbedaan karena kita tidak berasal dari daerah, dan latar belakang tumbuh yang sama. Kita memilki latar belakang organisasi yang beragam dan perbedaan fokus pendidikan. Di tengah perbedaan, sangat mungkin timbul berbagai pertanyaan. Seorang kader yang disiplin potensial akan mempertanyakan kader yang sering terlambat. Ikhwan dan akhwat yang memiliki segudang aktivitas ‘memprotes’ saudaranya yang dianggapnya masih memiliki banyak waktu luang. Suatu kemarahan saja dari jenis kezaliman ini cukup meluluhlantakkan hubungan persaudaraan kita dan sudah sangat memadai untuk menimbulkan keretakan barisan dan memperlambat pertumbuhan pergerakan dakwah. Sebaliknya cinta akan melahirkan cinta.

Semoga Allah menjaga kita semua, karena di tangan dan hati kita sebagian persoalan umat terbebankan. Mari kita hargai ikhwah dari keunggulannya, bukan menilai ikhwah dari kelemahannya. Karena, itulah tanda-tanda bahwa kita telah tarbiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar