3 Des 2013

Saat Aktivis Terkena Fitnah "Interaksi dengan lawan jenis" (Bagian 1)

Saya hanya mampu mendefinisikan apa yang terlihat. Tak jarang saya definisikan makna tersirat dari signal-signal yang saya terima. Pada kesempatan ini pun, saya ingin menuliskan sebuah opini diri seorang hamba yang tak luput dari khilaf dan noda. Semoga ini pun jadi renungan bagi diri saya pribadi. Berbicara tentang kehidupan seorang aktivis dakwah. Tentu, terpikirkan tidak jauh dari agenda-agenda kebaikan seperti syuro, kegiatan amal, dan aksi. Namun, bukan hal itu yang akan saya paparkan. Saya ingin beropini tentang sisi lain dari kehidupan aktivis yang terkadang cukup menyesakkan dada.

Kehidupan menjadi aktivis da'wah penuh tantangan dan fitnah. Sisi baiknya tentu saja ada. Namun saya ingin paparkan tentang fitnah di kehidupan aktivis da'wah. Fitnah (ujian) yang tak hanya melanda jiwa namun juga hati. "Iman" itu yang membuat para aktivis bertahan atau justru jatuh kedalam bisikkan syetan yang ingin menjatuhkan manusia ke lembah dosa.

Fitnah pertama, "Interaksi dengan lawan jenis". 


Inilah gerbang pertama yang membuat seorang aktivis bisa jatuh bila ia tak pandai menjaga diri. Sering kalinya syuro/rapat, menuntut diri kita untuk banyak menunjukkan diri (memaksa untuk mengeluarkan pendapat/ide, berkomunikasi dengan anggota2 di syuro, dan lain-lain). Di sinilah kita untuk pertama kali mencoba mengenal karakter/pribadi aktivis lainnya, ikhwan maupun akhwat. Coba antum perhatikan syuro/rapat di organisasi dakwah antum, apakah selama syuro berlangsung tidak ada guyonan/perkataan dari salah seorang anggota syuro yang keluar dari jalur pembahasan syuro? Kalau tidak ada, berarti antum semua di sana memahami dan telah menjalankan syuro sesuai dengan fungsinya. Tidak ada juga waktu yang terbuang sia-sia.

"Sebagian kebaikan Islam seseorang yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya." (Hadits Hasan. Riwayat Tirmidzi dan lainnya)

Tapi jika ada sedikit guyonan/pembahasan di luar jalur, itu perlu antum waspadai! Kenapa harus sedemikian "mawas"? Karena itu salah satu celah syetan untuk memasukkan ke hati-hati kita bahwa guyonan/pmbahasan di luar tema rapat boleh lah sekali-sekali kita selipkan agar mencairkan suasana dan para anggota syuro/lawan jenis bisa saling akrab. Selanjutnya, itu akan membuka, celah-celah lainnya, misal saat berkomunikasi lewat sms, tidak ada lagi kecanggungan dengan lawan jenis menanyakan sesuatu di luar amanah da'wah. Bahkan berani nelpon sesuatu yang GJ (Gak Jelas). kemudian berlanjut ke interaksi berikutnya di dunia maya yang saat ini berkembang. Malu itu mulai tersamarkan. Tak ada lagi segan mengumbar pembicaraan bercanda/gak penting dengan lawan jenis ketika komen sebuah status.

"Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu tempatnya di surga, sementara kekejian itu termasuk kekerasan, dan kekerasan itu tempatnya di neraka." (H.r. At-Tirmidzi No. 2009, dishahihkan Syaikh Al-Albani v dalam shahih Sunan At-Tirmidzi).

Efek dari berkembangnya teknologi sekarang, kemudahan2 dalam berinteraksi yang tanpa batas menjadikan kita mulai tak lagi memperhatikan interaksi dengan lawan jenis. Padahal tetap saja kita mesti menjaga diri dan interaksi kita. Kalau bercanda dengan sesama jenis (akhwat ke akhwat atau ikhwan ke ikhwan) ya tidak masalah tapi tetap harus memperhatikan kalimat guyonan/perkataan kita, jangan sampai menyakiti hati saudari kita. Jika Interaksi ini tidak di jaga Itu paradigma yang akan tumbuh berkembang hingga ke generasi kader da'wah penerus antum selanjutnya dan terwujudnya kader yang lebay dan manja. Da'wah lama berkembangnya. serta kader-kader da'wah yang militan dan visioner bisa di hitung dengan jari.

Al-Imam Al-Khaththabi v mengatakan sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar v, "Yang dapat mencegah seseorang terjatuh dalam kejelekan adalah rasa malu. Sehingga bila dia tinggalkan malu itu, seolah-olah dia diperintah secara tabiat melakukan segala macam kejelekan." (Fathul Bari, 10/643)

Bersambung..