31 Des 2015

New Part of My Journey


Kini, kehidupan yang penuh dengan warna cerita baru, mulai saya jalani. Semua berawal dari kebimbangan hati akan pilihan kemana ingin mengamalkan ilmu yang di dapat di bangku kuliah. Setelah semua proses 2 tahun dari kelulusan S1, Saya menjalani ikhtiar pada mimpi-mimpi lain yang ingin diraih terkait skill yang ingin di perdalam dan harapan ingin menjadi sosok muslimah yang sesuai tuntutan jaman, mengubah pandangan bahwa saya selain belajar harus juga mau mengajar, mengamalkan ilmu yang dimiliki.

Pilihan itu pun jatuh pada kota yang sama, dimana saya belajar banyak hal tentang kehidupan selama tujuh tahun tentang sebuah kemandirian dan perubahan. Kota ini menjadi pilihan karena di sini saya masih punya mimpi yang sedang diikhtiarkan hingga hari ini. Lingkungan yang saya masuki juga sudah saya kenali selama tujuh tahun tinggal di kota ini.

Tahun ini adalah tahun peralihan dari sebuah proses mengenal “new part of my journey”. Saya hanya berniat sebentar berada di sana karena prioritas utama masih pada mimpi-mimpi diri yang ingin dicapai. Terlebih, karena dukungan dari orangtua yang turut menyemangati untuk tetap mencoba ketika kesempatan datang. Namun, seiring hari berganti minggu hingga bulan dan saya pun mulai mengenal anak-anak didik, rasa senang dan bahagia sebagai guru melihat mereka berproses ke arah baik dan bisa dengan ilmu yang saya transfer membuat diri ini ingin melihat mereka sampai lulus dan sukses, kebahagiaan seorang guru yang tak terganti dengan imbalan gaji. Mulai mencintai anak-anak didik, layaknya adik sendiri (karena mereka memang seusia adik saya ^-^ ). Merasa bertanggungjawab sebagai seorang pendidik, untuk bisa membuat mereka cerdas (menjadi orang yang beriman dan berakhlak mulia di masa depan). Amanah yang berat..

Perjalanan takdir manusia, tak ada yang tau. Meski manusia telah merencanakan namun Allah yang menentukan. Bismillah... Resolusi tahun depan harus diikhtiarkan dengan Totalitas perjuangan. Tetap CIIs (Cerdas-Ikhlas-Istiqomah) ^-^ *Rindu para mujahid/ah dakwah di kampus dulu..

Kemanakah kaki akan melangkah? Wallahu’alam

Salam Ukhuwah

Idhel_Aa

3 Okt 2015

Tersirat Lewat Kata

Ketika satu huruf tersusun merangkai kata dan kalimat
Saat itulah sebuah cerita tertulis
Makna dan rasa yang hanya mampu tersirat lewat untaian kata
Yaa.. saat bibir enggan terbuka pada yang lain, jari bersedia menyampaikannya lewat kata.
 
Keputusan untuk tetap meraih mimpi itu masih menyala, namun kusadari bahwa ada proses yang harus dilewati. Dinamisasi dalam perjalanan waktu sedikit banyak mengalihkan mimpiku. Tuntutan realita hidup yang kadang membuatku terhenti sejenak. Menghentikan langkah untuk ke arah sana, karena aku hanya punya sepasang kaki yang hanya mampu dibawa ke satu arah.
 
Di tengah perjalanan, tanpa sengaja aku dipertemukan lagi dengan sesuatu yang mengingatkanku bahwa mimpi itu pun dapat kubawa bersama dalam perjalanan ini. Meski bukan di jalan dimana seharusnya ia ada. Lagi-lagi aku tersungkur mengagungkan karunia-Nya untukku.
 
Mimpi, kan kubersamai lagi dirimu, kan ku ajak kau menemani perjalananku. Hingga saat yang ditunggu kau hadir menyaksikan ikhtiarku telah mencapai puncak keberhasilan.
 
Allah, jaga hatiku untuk bisa tawadhu, jauh dari penyakit hati yang membuatku melupakan-Mu.

-Idhel_Aa-

24 Sep 2015

Ukhuwah fillah fii OUN

Meski yang menghubungkanku dengan seseorang hanyalah selembar benang, akan kujaga.
Jika dia ulurkan, akan kukencangkan
Jika dia kencangkan, akan kukendurkan
-Mu'awiyah ibn Abi Sufyan-
(Dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" Ustad Salim A fillah
...
Sebentuk rasa yang sama di tempat yang berbeda, dengan background yang beda, dipertemukan dengan mereka yang luar biasa dengan kelebihan dan kekurangannya, Telah mengubah ia yang asing menjadi saudara hanya dengan kata "Ukhuwah Fillah" Persaudaraan karena Allah.
Semoga Pertemuan singkat beberapa kali lalu tidak berhenti sampai di sana saja. semoga ada pertemuan2 berikutnya dalam rangka menjaga silaturahim. Dan semoga kita bertemu dan berkumpul di syurga-Nya.

 
 
 

 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 

23 Sep 2015

Pertemuan Pertama Panitia ODOJ untuk Negeri


Sabtu, 24 Januari 2015 saya ke jakarta untuk menghadiri pertemuan perdana Panitia "ODOJ untuk Negeri". Seorang diri berangkat hanya berbekal informasi yang saya peroleh dari google rute ke masjid Istiqlal. Singkat cerita saya naik bus way dari terminal kampung rambutan. Ternyata harus punya e-tiket, saya pikir bisa bayar tunai seperti 5 tahun lalu saya pernah ke jakarta untuk pertama kalinya bersama sahabat saya Yuli yang sedang main ke saudaranya di jakarta. Akhirnya, saya membeli e-tiket dengan harga Rp 40.000, sudah termasuk pulsa Rp 20.000. Saya sampai masjid Istiqlal jam 2 siang, ini pertama kali melihat masjid terbesar di asia Tenggara. Saya langsung shalat, setelah itu langsung menuju ruang pertemuan panitia ODOJ untuk Negeri (OUN). Sharing masing-masing divisi udah beres, karena kedatangan saya di lanjut sebentar, kadiv Acara menjelaskan tentang apa OUN dan sebelumnya perkenalan terlebih dahulu. Hanya sebentar saya di dalam ruangan itu, karena satu jam kemudian adzan ashar berkumandang.