23 Des 2014

Uhibbuki fillah Umii



"Uhibbuki fillah Umii! ^-^
Cinta yang tak bisa kuungkap lewat kata namun hanya bisa ku realisasikan lewat sikap. Semoga aku bisa menjadi anak shalihah yang membahagiakanmu di dunia dan akhirat. Jadi semakin bersyukur!"

Itulah penggalan kalimat yang kugoreskan di status BBM pada hari Ibu. Awalnya, tidak ada keinginan untuk membuat status di semua akun yang kupunya tentang ucapan terimakasih kepada mamaku, sebab mama pun tidak akan pernah baca karena beliau gak punya akun di dunia medsos termasuk tulisan ku ini di blog beliau pun tidak akan baca ^-^ he..

Akhirnya hati pun tergerak juga membuat status tapi hanya di BBM, karena teman2 di BBM ku tidak lah banyak dan itu pun adalah teman terdekat dan beberapa orang yang baru dikenal, tidak sebanyak di facebook. Satu tujuanku, yaitu mengekspresikan apa yang ingin kulakukan saat itu yaitu menulis. Menyalurkan apa yang sedang terpikir. Termasuk tulisan di blog ini. Aku ingin menulis tentang "rasa syukurku pada-Nya yang telah menitipkan aku pada rahim seorang wanita yaitu mamaku."

Seorang wanita yang mungkin jauh dari kata sempurna jika dibandingkan dengan para ibu lainnya namun di mataku bahkan jauh di lubuk hatiku aku mencintainya sepenuh hatiku dengan kekurangan yang ia miliki dan juga kelebihan yang ada padanya. Aku mencintainya karena Allah. Yaa karena Allah yang telah menitipkan aku di rahim mamaku sehingga aku bisa menjadi seperti ini lewat asuhan mama. Cinta itu tumbuh seiring waktu aku mendapatkan kasih sayang dalam asuhan dan didikannya, bahkan keseharian mama yang terlihat di dalam rumah sebagai seorang ibu dan istri itu yang semakin membuat aku mencintainya dalam diam. Terlebih, saat aku pernah mendengar cerita mama saat mama baru melahirkan kakakku. Saat itu Allah memberi ujian sakit pada mama. Hingga selama 2 tahun kakak dalam asuhan nenek dan tidak mendapat susu asi yang seharusnya. Itulah yang juga menyebabkan kakakku sering sakit ketika kecil. Aku bangga terlahir dari rahimnya. yaa, dalam diam aku mensyukuri karunia Allah menghadirkan sosok ibu seperti mama. Lidahku terasa kelu setiap kali tuk mengungkapkan ataupun merangkai kata di hadapannya mengatakan "Sayang mama". 

Sebagian anak-anak lain mungkin mudah bagi mereka mengatakan begitu tapi tidak bagiku. Meski, aku dikenal oleh orang-orang terdekat bahwa aku orangnya melankolis. Tapi di hadapan mamaku sendiri, aku malu tuk bermelankolis padanya. Bahkan terlihat lemah pun aku tidak mau. Tak pernah kubagi beban atas masalah pribadi yang kuhadapi, aku selalu menutup rapat dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Aku selalu ingin tampak Tegar di hadapannya agar kelak ia tidak khawatir ketika aku jauh darinya, meninggalkanku. Aku pun tak ingin membuat mama pusing memikirkan aku setelah harus mengurus 3 anak lagi.

Aku hanya dapat mengungkapkan rasa sayang pada mama lewat sikap. Ketika mama sedang kerepotan di rumah, aku membantu pekerjaan rumah. Aku selalu berusaha belajar dengan serius selama sekolah hingga selalu dapat rangking hingga SMA untuk membalas pengorbanan mama dan papa dalam mendidikku. Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik sebisaku agar mereka bangga. Terkadang aku tidak terbuka pada mama. Bahkan saat daftar SNMPTN d luar pulau (Bandung), aku tidak cerita. Ketika lulus mama baru tau. Aku tak ingin membuat mama kecewa, jadi setiap apa yang kulakukan akan kuceritakan padanya setelah aku pasti mendapatkannya atau tidak. Namun mama maupun papa selalu mempercayaiku dan tak pernah banyak menuntut, itu yang membuat aku justru ingin menuntut diriku untuk melakukan yang terbaik sebisaku dan jadi anak shalihah untuk mereka.

Dalam bait doa di setiap shalatku, selalu ku selipkan do'a untuk mama tercinta. "Aku ingin menjadi pelangi terindah bagi keluargaku di dunia dan akhirat". Cita-cita yang hingga kini masih terhujam dan sedang berusaha kuraih. Meski ada hal yang harus kukorbankan. Yaa hidup itu pilihan, dan aku memilih jalanku tuk menjadi pelangi terindah bagi mama dan papa. Aku ingin menghapus segala duka yang hadir dalam kehidupan orangtuaku. Aku gak tau berapa lama lagi mereka bisa bersamaku. Ku harap di akhir usia mereka aku bisa meraihnya.. ^-^

Semoga Allah izinkan dan memberikan rizki dan kesempatan padaku, untuk bisa bersama-sama mama dan papa ke baitullah.. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.. ^-^


-Muara Kasih Bunda oleh Erie Susan-


Bunda

Engkaulah muara kasih dan sayang
Apapun pasti kau lakukan
Demi anakmu yang tersayang

Bunda
Tak pernah kau berharap budi balasan
Atas apa yang kau lakukan
Untuk diriku yang kau sayang

Saat diriku dekat dalam sentuhan
Peluk kasihmu dan sayang
Saat ku jauh dari jangkauan
Doa mu kau sertakan

Reff:
Maafkan diriku bunda
Kadang tak sengaja ku membuat remah hatimu terluka
Kuingin kau tahu bunda
Betapa kumencintaimu lebih dari segalanya

*
Kumohon restu dalam langkahku
Bahagiaku seiring doamu


28 Nov 2014

Masa Kecil


Lama tak kumainkan Pena
Kata tak kugores tuk bercerita
Mengarsipkan sebagian perjalanan selama jadi hamba-Nya
Sepanjang nafas yang ada


Masaa Al-Khair! Selamat sore! 

Kota ini sedang sore, saat tulisan ini saya rangkai. Entahlah, sedang sore atau malam di kotamu?
Di kota ini sedang di guyur hujan. Sekarang musim penghujan. Rahmat Allah sedang turun untuk penduduk alam.

Saya mau menulis kembali sedikit tentang masa kecil. Seperti apa idhel itu di masa kecil? ^-^

Saya lahir di kota Pekanbaru, di sebuah kawasan atau lingkungan perumahan yang rapat di jalan Mawar. Lahir hari kamis, tengah malam dengan bantuan seorang bidan terdekat. Om yang menjemput bidan. Rumah tetangga pun hanya berjarak satu meter bahkan halaman rumah pun saling berhadap-hadapan. Ya seperti rumah diperkotaan yang berdekatan. Saat tinggal di sini saya tidak begitu leluasa bermain. Hanya bisa bermain di dalam dan depan teras rumah. Alhamdulillah Allah mengaruniakan saya saudara laki-laki dan perempuan. Kakak perempuan yang hanya berjarak dua tahun usia dengan saya. Ia yang selalu jadi teman bermain. Ada dua gadis kecil di rumah dan saat itu saya paling bungsung. Meski bungsu, saya tidak seperti anak bungsu kebanyakan sering manja ke orangtua. Justru kakak perempuan saya yang mendapat perhatian lebih dan manja. Yaa saat itu kakak, gadis kecil yang mudah sakit. Bahkan saya sering di tinggal sendiri kalau orangtua saya pergi dan kakak yang selalu di bawa. Saya lebih senang bermain dengan anak-anak seusia saya di sekitar rumah. Selain tinggal bersama orangtua. Ada om, adil laki-laki dari mama. Hingga om masuk akademi kepolisian. Kami sangat di sayangi oleh om. begitu akrab dengan beliau. Beliau pindah dan memilih mengontrak rumah sendiri saat sudah bekerja di kepolisian.

Abang, kakak, dan saya mulai mendapat pendidikan formal di Taman Kanak-kanak. Di sini dunia bermain saya mulai bervariasi. Maklum di TK banyak wahana bermain. Memiliki banyak teman. Sering berekreasi bersama, ikut lomba fashion busana muslimah, setiap hari dibekali kue, dll. Bahagianya masa kecil di Taman Kanak-kanak. Ada kejadian tentang kenekatan saya saat pulang, saya tidak menemukan mama menjemput. Menunggu cukup lama tapi belum ada. Akhirnya saya memberanikan pulang sendiri. Meski rada takut karena jarak TK dan sekolah cukup jauh, di tambah harus menyeberangi jalan raya. Tapi karena sudah hafal jalan pulang dan saya hanya berniat untuk menuju SD tempat kakak saya sekolah dan menunggu mama di sana, kebetulan tidak terlalu jauh dari TK. Diperjalanan sudah mendekati SD kakak, saya bertemu mama. Mama terlambat menjemput karena melakukan pekerjaan rumah dulu. Kalau ingat pengorbanan mama dulu saya jadi bangga punya ibu yang hanya berprofesi sebagai IRT. Mama dan saya menunggu Abang dan kakak sampai mereka pulang sekolah. Begitu setiap hari yang dilakukan mama hingga kami anak-anaknya mampu mandiri pulang sekolah.

Saya masuk SD 010 Pekanbaru, di tempat abang dan kakak bersekolah. Sayang hanya sebentar sampai naik kelas dua. Kami sekeluarga pindah ke Rumbai, daerah yang tidak jauh dari pusat kota Pekanbaru. Otomatis kami bertiga pindah sekolah dan punya teman baru lagi. Sekeluarga pindah karena rumah di Pekanbaru merupakan rumah kontrakan dan di Rumbailah orangtua saya membangun  rumah milik sendiri, terlebih papa memang bekerja di Rumbai.

Di sinilah sisa masa kecil saya dilalui, hidup dan tumbuh di lingkungan yang beda dari sebelumnya. Di sini jarak rumah antar tetangga jauh sekali, masing-masing rumah memiliki halaman rumah yang luas. Suasananya masih asri, banyak pohon-pohon, sangat beda dengan rumah saya sebelumnya. Saya cukup bahagia lewati masa kecil di sini, bahkan di sinilah saya mulai merasa bebas melakukan apapun sebagai anak kecil yang senang bermain, di sini banyak teman sebaya, halaman rumah yang luas, dan gak ada keramaian kendaraan berlalu lalang sebab jauh dari jalan raya. 

Bila mengingat masa kecil, yang ada kenangan saat saya memanjat pohon rambutan bersama teman kecil saya. Anak perempuan kerjaannya manjat pohon.. ^-^ Saya belajarnya dari teman dan berani karena memang orangnya nekat, dulu di pekanbaru belum pernah manjat pohon (pohon yang di panjat juga gak ada). Senang dan puas melakukannya karena bisa makan rambutan sepuasnya yang langsung dipetik. 

Halaman rumah yang dulu sering saya jadikan tempat membangun pondok-pondok, yang di buat dari kayu besar sebagai tiang, triplek, dan terpal sebagai atap dengan bantuan papa mendirikannya. Pondok-pondok ini yang selalu saya tempati saat bada isya bermain di sana bersama teman-teman dan hanya di beri penerang sebuah lampu minyak. Sungguh lucu bila ingat ini kembali. Masa kecil yang saya lalui dilakukan semau saya. Ingin melakukan segala yang diinginkan, bahkan bisa bersepeda pertama kali itu berawal dari keisengan saya bersama teman naik sepedanya yang rusak, di dorong olehnya, saya naik membawa sepeda sampai terjatuh  dan akhirnya bisa. Setelah bisa kita main sepeda mengambil posisi menuruni bukit dan tanjakan naik bukit, ini dilakukan agar roda sepedanya berputar karena rantai sepeda bermasalah jadi tidak bisa di kayuh. Kenekatan telah ada dalam diri saya sejak kecil... ^-^

28 November 2014 
pukul 15.48 wib
Salam Ukhuwah
Idhel_Aa