Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan

1 Feb 2023

Seri The Power of Love : Menebarkan Salam

    Salam adalah penghormatan yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan merupakan penghormatan ahli surga seperti disebutkan dalam firman-Nya:

تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُۥ سَلَٰمٌ ۚ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا

Artinya: "Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka." (Q.S. Al-Ahzab: 44)

Jadi salam merupakan bentuk penghormatan yang diridhai Allah dan diajarkan Rasul-Nya kepada para pengikutnya dan bagi umat setelahnya. Umat Islam tidak boleh mengganti salam penghormatan ala Islam ini dengan bentuk-bentuk penghormatan umat lain. Allah berfirman di Q.S.  Al-Nisaa': 86

وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا

Artinya: "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu." (Q.S.  Al-Nisaa': 86)

Dalam ayat tersebut, Allah memberikan tuntunan untuk membalas salam dengan yang lebih baik, yaitu dengan cara menambahkan lebih banyak daripada yang disampaikan oleh pemberi salam. Misalnya jika pemberi salam mengucapkan : "Assalamu'alaikum warahmatullahi," maka jawab dengan mengatakan "wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." atau minimal sepadan dengannya. 

Dalam shahin bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abdullahbin Umar ra:
"Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Manakah (ajaran) Islam yang terbaik? Beliau menjawab: Memberikan makan (kepada orang yag membutuhkan), dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal."

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai. Maukah bila aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang apabila kamu melakukannya, maka kamu akan saling mencintai? Tebarkanlah salam diantara kamu."

Dalam hadits tersebut Rasulullah  SAW menjelaskan bahwa surga tidak dimasuki melainkan dengan iman, dan iman tidak didapatkan melainkan dengan cinta. Sedangkan cinta tidak dapat diraih melainkan dengan menebarkan salam. 

Inilah syiar cinta dan kasih sayang yang ditegakkan Rasulullah SAW dan dihimbaunya untuk ditanamkan serta dikokohkan dalam hati para sahabatnya dan umat setelahnya. 


Sumber dari buku karya Dr.'Aidh bin Abdullah Al-Qarni yang berjudul "Power of Love penerbit Zikrul 

13 Jan 2023

Riview Buku Bumi Hijrah karya teh Karina Hakman

 Ditulis oleh: Dhelvita Sari

Cerita tentang menjemput hidayah dari seorang muslimah yang bernama Karina Hakman (ia temukan hidayah dan mulai memutuskn hijrah saat berada di negeri non-muslim.) Skenario takdir dari-Nya untuk hamba-Nya yang memiliki kelurusan hati dan niat yang lurus ingin hijrah karena Allah karena meski hanya berupa bersitan doa dalam hati. Ternyata itu, Allah wujudkan dengan cara yang indah. Selalu huznudzon kepada Allah.


Awal mula saya memiliki buku ini dari sahabat semasa kuliah yang menawarkan Pre Order buku via japri whatsap bulan 28 Mei 2018. Secara singkat saya baca ringkasan bukunya tentang apa? dan siapa penulisnya? sebelumnya saya sedikit tau tentang teh Karina. Saat itu, di sebuah acara kami berada di tempat yang sama. Ada seorang bocah laki-laki yang naik ke atas panggung mengambil mic di saat acara itu berhenti karena sudah azan zuhur. Ia membaca surah yang ada di alquran dan dengan pedenya melantangkan hafalan al-qurannya. Berkali-kali bocah usia sekitar 3 tahun memainkan mic dan membaca surah dari al-quran. Orang di sekitar saya mengatakan, "itu yusuf anaknya teh Karina. Uminya lagi tilawah anaknya di depan sibuk mainkan mic". Saya lihat teh karina mendekati yusuf agar tidak memainkan mic. Untuk pertama kali saya melihat teh Karina secara langsung. MasyaAllah, pendidikan seperti apa yang diterapkan seorang ibu hingga bisa menumbuhkan kecintaan al-quran di hati anaknya.

Terus berlanjut, saya baca tulisan beliau dari reposting teman. Saya add akun facebook teh karina. Di sana saya baca singkat profil beliau bahwa beliau lulusan luar negri (S1 New Zealand dan S2 Australia).

Akhirnya, orderan buku Bumi Hijrah sampai di tangan saya setelah idul fitri sekitar bulan Agustus. Setelah diterima, bukan langsung dibaca sampai selesai, hanya melihat dan baca sekilas. Baru tau ternyata beliau lahir dari orangtua muslim dan nonmuslim (ayahnya muslim orang Bengkulu dan maminya non-muslim keturunan Cina). Saya membaca hanya sekitar 3-4 lembar, setelah itu, saya simpan buku di rak. Bertambah buku yang tidak dibaca (rajin beli buku tapi baca kalau udah berbulan-bulan tersimpan di rak baru dicicil membacanya). Ini terjadi hari ini, buku ini baru saya baca lagi tadi pagi dan masih menyisakan beberapa lembar karena harus dihentikan, mau ngejar deadline menulis perangkat pembelajaran persiapan mengajar besok. Saat laptop dibuka, godaan muncul, ingin menulis tentang hasil baca buku Bumi Hijrah. Dan ini hasilnya. 😀

Membaca buku ini halaman demi halaman jadi tafakur diri dan syukur pada Allah diingatkan lewat tulisan teh Karin, memutar cerita perjalanan hijrah saya dan memang benar. Skenario Allah itu indah dan hijrah itu memang butuh lingkungan yang mendukung. Hijrah tentang kembali kepada Allah dan meninggalkan kejahiliyahan. Menshalihkan diri, juga mau turut menjadi wasilah menshalihkan orang sekitar. The first point "Niat hijrah karena Allah" belajar Islam lah secara kaffah. Jika tau ilmu maka wajib melaksanakan dan harus siap meninggalkan hal yang dilarang Allah.


Saat membaca buku ini bulir airmata ikut menetes karena saya bisa ikut merasakan seperti apa yang dirasakan teh Karin, mahal dan berharga hidayah menuju Allah itu dan ketika merasakan indahnya ukhuwah dari orang-orang shalihah yang jadi jalan hijrah. Serta tantangan dalam hijrah dari lingkungan sekitar yang heran dengan perubahan dan atas pilihan karena lebih memilih cara yang dicintai-Nya dalam menjalani hidup sebagai seorang muslimah.


"Jika ingin hasil optimal, maka bukan amanah yang dikurangi, namun pengorbanan yang ditambahkan."(Karina)


"Jika bukan karena Rahmat Allah nanti yang menjadi jalan kita ke Surga, maka Amal-amal dunia sebanyak apapun akan dibanggakan seorang hamba di hadapan manusia. Tapi ujub dan riya itu akan menghanguskan setiap niat yang bukan karena-Nya. Teruslah bergerak, beramal dan berlarilah menuju Rabb, Tuhan Pencipta Alam. Hijrahlah karena Allah.”

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100).

“Untukmu wahai ukhti, saudariku dimanapun, jika hidayah telah hadir di hati, sambut ia dengan kesungguhan diri untuk terus perbaiki diri jadi hamba yang Ia cintai. Semoga Jalan hijrahmu terus dapat bimbingan dari Allah. Hingga segala kesulitan dan godaan mampu engkau lewati.”.

 

Dariku yang juga sedang menata diri menuju ridha Ilahi

-Idhel-

6 Jan 2012

Resume Buku "Sudahkah Kita Tarbiyah?"


Buku yang berjudul “Sudahkah Kita Tarbiyah?” yang ditulis oleh Eko Novianto terdiri dari 22 point penting. Dari 22 Point tersebut hanya beberapa bagian saja yang di tulis kembali mengenai ringkasan buku ini. Ringkasan yang mudah-mudahan bisa menggambarkan secara umum tentang isi buku “Sudahkah Kita Tarbiyah?”


            Kegagalan tarbiyah bisa terjadi ketika proses tarbiyah itu sedang dilakukan, tetapi juga di awal proses serta kesalahan persepsi tentang tarbiyah itu sendiri. Ada lima kesalahan persepsi tentang tarbiyah, yaitu tarbiyah dianggap sebagai transfer ilmu, murabbi adalah segala-galanya, proses indoktrinasi dan dominasi, sistematika dan metodologi tarbiyah dipersepsikan sebagai hal yang baku, dan kecenderungan untuk melakukan “kloning” murabbi.

            Selanjutnya coba kita tanya kembali ke dalam diri kita, apakah kita sudah tarbiyah?. Dalam buku ini dijelaskan bahwa seseorang dikatakan sudah tarbiyah, yaitu :
1.      Jika kita mengembangkan sikap terbuka terhadap perubahan, inilah hasil akhir dari tarbiyah itu sendiri.
2.      Jika kita menjadi insan yang tegas dalam prinsip  memiliki  determinasi yang tinggi, sabar, dan ulet, serta tidak dapat diprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan kontraproduktif.
3.      Jika kita menjadi pribadi yang aktif
4.      Jika kita menjadi yang memiliki sikap mawas diri, tarbiyah menjadikan seseorang memiliki kesadaran bahwa berjamaah atau berorganisasi tetaplah lebih baik daripada sendiri dengan kelemahan dan keunggulan pribadi.
5.      Jika sudah menjadi pribadi yang mandiri, yang bukan tergantung pada orang lain
6.      Jika kita adalah sosok yang berperasaan, tetapi tidak emosional.
7.      Jika kita sanggup belajar dari kesalahan.
8.      Jika hidup di masa sekarang, bersikap realistis, dan berpikr relatif
Hal yang berperan penting dalam banyak hal adalah orientasi, termasuk tarbiyah. Orientasi menentukan seberapa ‘nilai’ diri kita hari ini dan bahkan menentukan pula seberapa jauh kita akan beranjak dari titik di mana kita berada hari ini.

Dinamika dakwah dalam tarbiyah adalah kawan akrab dalam perjuangan. Faktanya, tak ada perjuangan yang tak tertampar dinamika. Perjuangan tanpa dinamika adalah keangkuhan. Semoga kita mampu memahami dan cermat terhadap dinamika dakwah.

Adakalanya suatu masa kita menghindari pertemuan dengan ikhwah dan tidak menikmati informasi yang didapat. Penyebabnya mungkin karena overload informasi, segala sesuatu yang berlebihan senantiasa tidak baik. Demikian pula halnya dengan akses informasi. Minimnya informasi memang akan menghambat kita dalam hal inisiatif, kreativitas, dan kegiatan dakwah. Tetapi, overload informasi juga bukan keadaan ideal. Reaksi negatif dalam komunikasi tersebut di atas setidaknya mengisyaratkan tentang bahaya dari keadaan tersebutyang mengancam kesinambungan gerak dakwah. Oleh karena itu, perlu kejelasan ruang lingkup tugas merupakan tahap awal menghindarinya. Memperjelas alur informasi, wewenang pengawasan, dan otoritas evaluasi merupakan fondasi yang kuat sebagaimana fondasi bagi sebuah bangunan.

Dalam perjalanan dakwah, banyak kita temukan beberapa pelanggaran syar’i yang dilakukan oleh kader dakwah. Ini jadi penentu dalam melihat kualitas kader. Penurunan kualitas kader memang menyesakkan dada. Namun, bukan tidak mungkin dengan itu manajemen dakwah dapat pembelajaran yang sangat berharga dari kesalahan-kesalahan kader dakwah. Dalam hal ini, terdapat tiga alternatif tindakan yang bisa kita lakukan. Ketiganya adalah antisipatif, responsif, dan kuratif.

Institusi dakwah kita adalah wadah untuk ketenangan dan kebahagiaan. Ia adalah tempat di mana kita berkumpul dengan orang-orang saleh, dan orang-orang baik. Tetapi, di tengah kesamaan tersebut, bukan berarti tidak ada perbedaan karena kita tidak berasal dari daerah, dan latar belakang tumbuh yang sama. Kita memilki latar belakang organisasi yang beragam dan perbedaan fokus pendidikan. Di tengah perbedaan, sangat mungkin timbul berbagai pertanyaan. Seorang kader yang disiplin potensial akan mempertanyakan kader yang sering terlambat. Ikhwan dan akhwat yang memiliki segudang aktivitas ‘memprotes’ saudaranya yang dianggapnya masih memiliki banyak waktu luang. Suatu kemarahan saja dari jenis kezaliman ini cukup meluluhlantakkan hubungan persaudaraan kita dan sudah sangat memadai untuk menimbulkan keretakan barisan dan memperlambat pertumbuhan pergerakan dakwah. Sebaliknya cinta akan melahirkan cinta.

Semoga Allah menjaga kita semua, karena di tangan dan hati kita sebagian persoalan umat terbebankan. Mari kita hargai ikhwah dari keunggulannya, bukan menilai ikhwah dari kelemahannya. Karena, itulah tanda-tanda bahwa kita telah tarbiyah

23 Des 2011

Ringkasan Isi Buku "BAGAIMANA MENYENTUH HATI (ABBAS AS-SIISIY)"


BAGAIMANA MENYENTUH HATI
(ABBAS AS-SIISIY)

           

Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, karena bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.
            Bersiap dan berbuatlah hari ini, rencanakan dan kerjakan setiap hal-hal kecil yang ingin dilakukan. Selagi raga mampu bergerak, diri masih bisa bernafas tak ada alasan bagi kita untuk malas. Sungguh nikmat dan rahmat Allah begitu luas. Ketika ada niat maka lakukanlah, ketika ada ide maka realisasikan, dan ucapkan bismillah setiap memulai pekerjaan agar jadi berkah.
            Dalam dakwah akan banyak yang akan engkau jumpa, namun niat karena Lillah akan membuatnya segalanya jadi indah dan bermakna. Sebesar apa pun hambatan dan problema, jangan putus asa. Perbaiki diri, mungkin pribadi kita yang salah dalam memaknai dakwah.   
Perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan karena terwujudnya pribadi-pribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling menonjol, yaitu pembentukan pribadi islami (takwani asy-syakhshiyah al-islamiyyah).
            Tugas kita adalah meluruskan opini umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa menjadi baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik, dan dengan sendiri-sendiri Islam akan berdiri tegak. Semua ini dapat terwujud jika kita mampu membekali diri kita dengan ilmu, amal tanpa ilmu bisa membuat salah. Apalagi dalam dakwah, mengajak orang serta mengajaknya bersama-sama dalam semangat juang untuk wujudkan pribadi islami perlu metode tersendiri.
Metode dakwah haruslah secara tadarruj (bertahap). Seorang da’i hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain dan memberikan obat sesuai dengan penyakit yang diderita pasien (orang lain). Da’i yang paling sukses adalah mereka yang melakukan pekerjaan itu dengan didasari keimanan kepada Allah dan untuk menegakkan agama-Nya. Hati yang beriman adalah sumber penggerak. Perasaan dan kasih sayang adalah “bahasa” internasional yang dipergunakan oleh da’i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi.

Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori (As-Siisiy, 2009), yaitu :
1.    Manusia yang berprilaku dengan akhlak Islamiah
Akhlak Islamiah adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomorsatukan, karena mereka lebih dekat dengan dakwah kita.
2.    Manusia yang berperilaku dengan akhlak Asasiyah
Akhlak Asasiyah adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang seperti ini menempati urutan kedua.
3.    Manusia yang berprilaku dengan akhlak Jahiliah
Akhlah jahiliah adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibirnya karena perbuatan dan perangainya yang jelek. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya karena takut dengan kejelekannya,” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Sarana dan metode dakwahyang mudah dipelajari dan diterapkan, yaitu :
1.     Jika bertemu maka berilah salam
2.     Jika tidak kelihatan maka cari tahulah
3.     Jika sakit maka jenguklah
4.     Jika ia mengundang maka penuhilah
5.     Jika ia bersin dan mengucapkan”hamdalah” maka jawablah (ucapkan “yarhamukallah”)
6.     Jika ia meninggal dunia maka antarkanlah ke tempat pemakamannya.
Langkah-langkah yang harus ditempuh :
1.     Bertasbih, bertakbir, dan bertahlil
2.     Menyingkirkan duri di jalan
3.     Menolong orang yang tuli atau buta
4.     Menunjukkan orang yang kebingungan
5.     Menolong dengan segera orang yang memerlukan pertolongan
6.     Menolong orang yang lemah
Cara bertutur kata dan penampilan seorang da’i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihatnya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Sebuah ungkapan mengatakan,
“Keberhasilan sebuah misi akan bergantung pada si pembawa misi tersebut.”
Penampilan dan akhlak yang baik akan membuat orang yang baru saja memandang menjadi tertarik dan simpati.
1.    Pandangan kasih sayang
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memandang saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”
            Yang dimaksud hadits di atas adalah pandangan yang ditujukan pada hati dan mengajaknya berbicara dengan lemah lembut.
2.    Sebarkan salam di antaramu
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul bersabda, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan pada satu perkara itu maka kamu akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kamu!”(HR. Muslim)
Mengucapkan salam tidak terbatas pada orang yang kita kenal saja, tetapi lebih dianjurkan kepada orang yang belum kita kenal agar lebih memperluas perkenalan dan ukhuwah islamiah.
3.    Lebih dahulu mengucapkan salam
“Sebaik-baik kamu adalah yang lebih dahulu mengucapkan salam.”
4.    Memanggilnya dengan panggilan yang ia sukai
5.    Memberikan tempat duduk dalam satu majelis
6.    Berjabat tangan
Rasulullah saw. Bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka berpisah.”
7.    Balaslah keburukan dengan kebaikan
“ Akan tetapi, orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”(Asy-Syura:43)
Begitulah, jika seorang muslim betul-betul meyakini keagungan dakwah ini, maka ia akan memfungsikan segala yang telah diberikan oleh Allah untuk kebaikan.

Sarana-sarana pembuka hati:
1.    Menjadi orang yang berguna bagi orang lain
2.    Sebaik-baik amal perbuatan adalah membuat orang muslim lainnya merasa gembira
3.    Meringankan kesulitannya
4.    Berjalan menemaninya untuk mengurusi keperluannya
5.    Menahan amarah
 
Yang diperhatikan dalam dakwah fardiyah adalah menyentuh inti permasalahan dan memberikan kesempatan lebih luas dalam berdialog yang bebas dan tenang. Interaksi antarsesama ikhwah akan dapat menimbulkan ketenangan batin dan kebahagiaan hati, bahkan dapat membangkitkan rasa optimisme, walaupun tidak dapat diungkapkan. Oleh karenanya, nilai-nilai seperti inilah yang harus merasuki setiap hati yang hidup dan peka dengan penuh keikhlasan, sehingga seseorang tidak kehilangan eksistensinya dan tidak menyia-nyiakan waktu. Setiap aktivitasnya senantiasa sarat dengan ruh kehidupan.
      Interaksi dakwah yang tidak memperhatikan kepekaan hati dan perasaan, akan menghancurkan sendi-sendi bangunan yang telah ditata. Akibat yang lain adalah akan menjauhkan hati dari kepekaan dan kepedulian.