11 Des 2013

Refleksi Kejadian Subuh Ahad




Bukan perhatian makhluk-Mu yang diharapkan
Apalagi membuat mereka simpati
Bukan cinta makhluk-Mu yang di inginkan
Apalagi membuat mereka ta'jub
Ini tentang Aku dan Engkau

Tentang Aku dan Engkau

Ini berbicara tentang hari ini ataupun hari kemarin yang jadi hari milik kita
Bukan bicara hari esok juga milik kita 
Ini bicara tentang hari ini apa yang telah kita lakukan dan berikan terbaik
Bukan bicara besok dapat juga kita perbaiki
Ini bicara tentang hari ini memanfaatkan peluang
Bukan bicara besok menunggu peluang baru datang lagi
Ini bicara tentang hari ini siapa yang berjasa hingga kita bisa menjadi seperti ini
Ini bicara tentang hari ini, mereka-mereka yang ada di sekitar kita yang setia menemani perjuangan
Ini bicara tentang hari ini bersyukur kepada Allah yang masih memberikan nikmat hidup
Bukan menunggu besok nikmat itu tercabut baru menyadari..

Pagi itu saya bangun pukul 03.40 wib. Saya melihat Hasni masih tidur, adik di tutorial yang nginap di kosan saya agar tidak telat mengantar konsumsi untuk peserta Binder. Saya berjalan ke kamar mandi. Di dapur, saya melihat ibu kosan sedang memasak mie untuk konsumsi binder. Saya berwudhu, lalu melaksanakan shalat malam.

Hasni mulai bangun, ia pun bersiap-siap shalat malam juga. Saya yang telah selesai shalat, mendekati dapur, membantu ibu kosan mempersiapkan konsumsi. Hasni pun demikian, ia turut mendekati selesai shalat. Kami, mulai memasukkan bubur kacang hijau ke dalam plastik. Adzan subuh berkumandang, kami pun melaksanakan shalat.

Inilah detik-detik saat menjelang kejadian yang ingin saya lupakan. ya.. saya tidak ingin mengingatnya karena itu kejadian yang sedikit menyakiti hati ini tersebab satu hal. 

Jam menunjukkan pukul 05. 05 kurang lebih yang saya ingat. Saya ingin menyetrika baju untuk digunakan pagi ini ke acara pembinaan adik-adik beasiswa Mandiri tapi saya tunda karena melihat Hasni mau mengantar konsumsi. Akhirnya saya berkata padanya, "Hayu teteh bantu antarkan konsumsinya.". Kami pun mengeluarkan motor matic Hasni dari rumah. Konsumsi pertama dan yang terakhir saya bawa yaitu bubur kacang hijau. Saat menaikkan konsumsi itu sangat susah. Akhirnya, ibu kosan membantu saya mengangkatkan konsumsi ke atas motor setelah saya naik. Saat itu ibu kosan berpesan, "hati-hati neng jatuh. Saya langsung menjawab, "ya paling jatuh juga ke bawah bu..". Kata-kata itu terucap begitu saja dan ternyata itu sebuah tanda. Lalainya saya yaitu tidak memakai helm, ya karena dekat dan saya tidak punya helm jadi saya tidak mengikhtiarkan diri untuk menjaga keamanan diri saya saat di bonceng Hasni. Hm.. kalau di rumah, papa pasti orang yang paling cerewet bila melihat saya, anaknya ini yang terkadang tidak mau memakai helm.

Sampai gerbang UPI, kami meminta izin satpam untuk memakirkan motor sebentar sampai menunggu panitia ikhwan mengambil konsumsi.  Pak satpam mengizinkan. 5 menit menunggu akhirnya panitia datang. Kami pun segera balik ke kosan saya. Hasni yang membonceng saya membawa motor ke arah gerbang UPI, lalu ketika melewati pak satpam, saya berkata, "makasih Pak.". "Iya" jawab pak satpam yang membuka gerbang. Saya duduk dengan posisi nyamping, sehingga tidak melihat motor dari belakang saya saat menyeberang. Saya ingatnya, saat Hasni menyeberang tiba-tiba motor kami jatuh, ada yang nabrak dari posisi sebelah kanan, atau dibelakang punggung saya. Dunia tersa gelap, saya tidak ingat apa-apa.. hingga tiba-tiba mata ini terbuka dan melihat dua wajah yang memanggil saya, yaitu Donna dan Enti, adik di tutorial. Saya melihat Donna tersenyum sambil membawa sebuah kotak, seperti kotak obat-obatan. 

Saya tersenyum dan bertanya kepada mereka, "teteh dimana?" sambil melihat sekitar. Saya melihat dari jendela ada beberapa ikhwan di luar. "Ada apa?" tanya saya lebih lanjut. "Teteh tadi tabrakan dan pingsan." ucap Donna. "o.. tadi teteh pingsan, tabrakan? teteh kira mimpi." ujar saya seolah tak percaya. Seketika saya ingat bahwa pagi itu saya harus berangkat pukul 06.00 ke daerah jalan soekarno hatta, ada pembinaan siswa beasiswa Mandiri.  "Sekarang jam berapa?" sambil memeriksa saku di jaket saya mencari hp. "Hp teteh mana? ada yang lihat?" saya mulai khawatir, akan kehilangan hp BB pemberian kakak saya. Saya mulai bangkit dari kasur, lalu keluar dari pos satpam. Saya melihat Resti dan meminta ia menelpon hp saya. ternyata masih aktif.

Saya tidak begitu peduli dengan orang-orang sekitar. saya hanya memikirkan janji saya hari ini dan hp BB. Akhirnya Resti mengantar saya pulang dan saat itu mulai saya mersakan bahwa kepala saya sakit dan benjol akobat benturan. Saya sadar ketika tabrakan terjadi kepala saya yang pertama kali kena benturan. "Ya, Allah jangan-jangan ada retak atau apalah di otak." saya mulai khwatir.  Sampai depan gang, saya diturunkan dan saya berjalan ke kosan dengan menahan sakit kepala. Sampai kosan, ibu kosan sudah tau terlebih dahulu saya tabrakan. Beliau tampak cemas tapi saya berusaha tidak menunjukkan kesakitan karena tidak ada gunanya membuat orang-orang cemas. Saya merasa mual, lalu segera ke kamar mandi. Di kamar mandi saya sempat mual dan ingn muntah 3x. Ini semakin membuat saya khawatir, saya pasrahkan semua kepada Allah. 

Saya memutuskan sms dg hp satu lagi mengabarkan ke Irma bahwa saya tidak bisa hadir pembinaan. Ternyata hp saya pulsanya habis. Say berpikir, lalu dapat ide. Saya online, lalu buka facebook dan chatting ke irma, semoga dia online lewat hp. "bismilla, aslmkm irma tlg smpaikn k evi idhel gk bs k cianjur td pg dptmusibah tabrakan, dan skrg pusing, gk bs maksain buat k pmbinaan.. afwan jiddan.. idel gak bs sms krn hp nya blm ktmu../gk tw lg dipegang sp"

Seharian saya istirahat sendirian di kosan. Mau ke rumah sakit, tidak ada yang mengantarkan. Semua fokus pada Binder dan punya urusanya masing-masing. Hasni sempat datang ke kosan, mengambil tasnya dan menyerahkan hp saya yang dia selamatkan, ia tampak mencemaskan kondisi saya. 

dia bilang, "Hasni kasihan lihat teteh, benar kata teteh, kita tidak akan tau, besok gimana kita. semalam sehat tapi esok harinya gak tau.".

"Iya tidak apa2 Hasni, mohon doanya saja, besok teteh mau rontgen kepala, khawatir luka dalam." 

"Nanti teteh sms Hasni aja, nanti Hasni antar ke rumah sakitnya.".
"Iya" jawabku.

Peristiwa pingsan saya itu pertama dan semoga yang terakhir dalam kehidupan saya. Hikmah kejadian ini, saya bersyukur, Allah masih menyayangi dan memberi kesempatan saya hidup. tidak bisa dibayangkan nyawa jadi taruhan atau saya masih hidup tapi tidak ingat apa-apa. Mungkin itu akan sangat berat untuk kedua orangtua saya bila itu terjadi. Alhamdulillah, Allah masih mengembalikan ingatan saya dan bisa sadar. Bisa kembali melanjutkan sisa usia saya di bumi ini. Karena dulu ada kasus akhwat yang karena dibonceng temannya dan dia tidak pakai helm. pas lewat tanjakan dia tidak pegangan, dan temannya tidak sadar ada tanjakan akhirnya sang akhwat terlempar dan keplanya kena benturan. Hingga ia tidak ingat apa-apa tentang dirinya. Allahku, tiada kata yang dapat ku ucapkan atas kasih-Mu yang masih menyayangiku. Ujian ini, mungkin bentuk teguran dari-Mu atas sikapku atau aku mungkin aku kurang mensyukuri nikmat kesehatan (jarang memperhatikan kesehatanku belakangan ini.)

Allah, bimbing hamba tuk terus menjadi pribadi yang mencintai-Mu dan berjuang serta menjalani hidup ini hanya untuk-Mu. Titip rindu ini untuk keluarga tercintaku di Pekanbaru...
In sya Allah bila “jalan menuntut ilmu” ini selesai aku akan segera pulang ke kota kelahiran..

3 Des 2013

Saat Aktivis Terkena Fitnah "Interaksi dengan lawan jenis" (Bagian 1)

Saya hanya mampu mendefinisikan apa yang terlihat. Tak jarang saya definisikan makna tersirat dari signal-signal yang saya terima. Pada kesempatan ini pun, saya ingin menuliskan sebuah opini diri seorang hamba yang tak luput dari khilaf dan noda. Semoga ini pun jadi renungan bagi diri saya pribadi. Berbicara tentang kehidupan seorang aktivis dakwah. Tentu, terpikirkan tidak jauh dari agenda-agenda kebaikan seperti syuro, kegiatan amal, dan aksi. Namun, bukan hal itu yang akan saya paparkan. Saya ingin beropini tentang sisi lain dari kehidupan aktivis yang terkadang cukup menyesakkan dada.

Kehidupan menjadi aktivis da'wah penuh tantangan dan fitnah. Sisi baiknya tentu saja ada. Namun saya ingin paparkan tentang fitnah di kehidupan aktivis da'wah. Fitnah (ujian) yang tak hanya melanda jiwa namun juga hati. "Iman" itu yang membuat para aktivis bertahan atau justru jatuh kedalam bisikkan syetan yang ingin menjatuhkan manusia ke lembah dosa.

Fitnah pertama, "Interaksi dengan lawan jenis". 


Inilah gerbang pertama yang membuat seorang aktivis bisa jatuh bila ia tak pandai menjaga diri. Sering kalinya syuro/rapat, menuntut diri kita untuk banyak menunjukkan diri (memaksa untuk mengeluarkan pendapat/ide, berkomunikasi dengan anggota2 di syuro, dan lain-lain). Di sinilah kita untuk pertama kali mencoba mengenal karakter/pribadi aktivis lainnya, ikhwan maupun akhwat. Coba antum perhatikan syuro/rapat di organisasi dakwah antum, apakah selama syuro berlangsung tidak ada guyonan/perkataan dari salah seorang anggota syuro yang keluar dari jalur pembahasan syuro? Kalau tidak ada, berarti antum semua di sana memahami dan telah menjalankan syuro sesuai dengan fungsinya. Tidak ada juga waktu yang terbuang sia-sia.

"Sebagian kebaikan Islam seseorang yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya." (Hadits Hasan. Riwayat Tirmidzi dan lainnya)

Tapi jika ada sedikit guyonan/pembahasan di luar jalur, itu perlu antum waspadai! Kenapa harus sedemikian "mawas"? Karena itu salah satu celah syetan untuk memasukkan ke hati-hati kita bahwa guyonan/pmbahasan di luar tema rapat boleh lah sekali-sekali kita selipkan agar mencairkan suasana dan para anggota syuro/lawan jenis bisa saling akrab. Selanjutnya, itu akan membuka, celah-celah lainnya, misal saat berkomunikasi lewat sms, tidak ada lagi kecanggungan dengan lawan jenis menanyakan sesuatu di luar amanah da'wah. Bahkan berani nelpon sesuatu yang GJ (Gak Jelas). kemudian berlanjut ke interaksi berikutnya di dunia maya yang saat ini berkembang. Malu itu mulai tersamarkan. Tak ada lagi segan mengumbar pembicaraan bercanda/gak penting dengan lawan jenis ketika komen sebuah status.

"Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu tempatnya di surga, sementara kekejian itu termasuk kekerasan, dan kekerasan itu tempatnya di neraka." (H.r. At-Tirmidzi No. 2009, dishahihkan Syaikh Al-Albani v dalam shahih Sunan At-Tirmidzi).

Efek dari berkembangnya teknologi sekarang, kemudahan2 dalam berinteraksi yang tanpa batas menjadikan kita mulai tak lagi memperhatikan interaksi dengan lawan jenis. Padahal tetap saja kita mesti menjaga diri dan interaksi kita. Kalau bercanda dengan sesama jenis (akhwat ke akhwat atau ikhwan ke ikhwan) ya tidak masalah tapi tetap harus memperhatikan kalimat guyonan/perkataan kita, jangan sampai menyakiti hati saudari kita. Jika Interaksi ini tidak di jaga Itu paradigma yang akan tumbuh berkembang hingga ke generasi kader da'wah penerus antum selanjutnya dan terwujudnya kader yang lebay dan manja. Da'wah lama berkembangnya. serta kader-kader da'wah yang militan dan visioner bisa di hitung dengan jari.

Al-Imam Al-Khaththabi v mengatakan sebagaimana dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar v, "Yang dapat mencegah seseorang terjatuh dalam kejelekan adalah rasa malu. Sehingga bila dia tinggalkan malu itu, seolah-olah dia diperintah secara tabiat melakukan segala macam kejelekan." (Fathul Bari, 10/643)

Bersambung..