2 Nov 2012

Berawal dari Mentoring

Penulis: Dhelvita Sari
 Khalid bin Walid, salah satu tentara muslim dalam perang Mu’tah. Rasul telah mengangkat Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah untuk menjadi panglima dalam perang ini. Namun, pihak musuh terlalu kuat. Tentara Romawi berjumlah 200 ribu orang, sedang jumlah tentara muslim hanya 3 ribu orang. Sungguh tidak imbang, hingga banyak tentara muslim yang terluka dan terbunuh. Orang kafir memenangkan peperangan tersebut.

Setelah ketiga panglima tersebut gagal, umat Islam sepakat mengangkat Khalid bin Walid menjadi panglima perang. Khalid sadar tidak mungkin melawan tentara yang begitu banyak. Dia berpikir keras mencari jalan keluar. Menurutnya, untuk memenangkan peperangan ini, keselamatan tentara harus benar-benar diperhatikan. Tentara Islam harus tetap utuh di tengah gelombang pasukan yang menghadang mereka bagai ombak dan angin topan.

Khalid melakukan perang gerilya hingga mampu memukul mundur musuh. Malam mulai gelap. Dia begadang mengatur siasat yang efektif menghadapi jumlah musuh yang begitu banyak dan sulit ditaklukkan ini. Ketika pagi menjelang, dia mengubah posisi tentara. Pasukan yang tadinya mengambil posisi bagian kanan, pindah ke bagian kiri, begitu pun sebaliknya. Dia juga menugasi satu divisi pasukan untuk mengepung dari arah belakang dan menyulut debu agar terus bertaburan di angkasa. Hal itu dimaksudkan agar pihak musuh menduga akan datang tentara susulan yang siap menyerang mereka.

Selain itu, Khalid berperang dengan bijaksana dan kepala dingin. Dia menarik mundur pasukan secara lambat dan teratur hingga menduga ada jebakan yang siap menanti mereka kalau berani terus mengejar. Mau tidak mau, dengan pikiran seperti itu, pihak musuh akhirnya mundur dan kembali ke negara mereka dengan ketakutan. Atas jasa ‘singa padang pasir’ ini, tentara muslim selamat dari pembantaian yang sudah di depan mata. Benarlah apa yang disabdakan Rasul saw, “sampai ketika panji itu dipegang oleh ‘saifullah’ (pedang Allah), umat Islam berhasil menundukkan mereka” (HR. Bukhari).

Itulah kisah saifullah yang militan. Ia panglima perang yang mampu mencari solusi atas kegagalan umat Islam dalam perang Mu’tah. Kisah Khalid merupakan salah satu kisah sahabat yang berusaha keras, pantang menyerah, dan selalu berupaya  memperjuangkan Islam.

Apakah kamu saat ini sudah menjadi kader militan?

Militan adalah bersemangat tinggi, penuh gairah, ketegasan diri, dan pantang menyerah saat mendapat rintangan. Rintangan justru menjadi jalan baginya untuk banyak belajar mencari ide-ide untuk perbaikan, baik perbaikan diri maupun perbaikan umat.

Mentoring salah satu alternatif yang tetap konsisten saat ini melahirkan generasi-generasi muda yang militan, tangguh, dan cerdas. Militan dalam berjuang, untuk terus perbaiki diri menjadi pribadi muslim unggul. Tangguh menghadapi tantangan hidup, terciptanya kekuatan dalam diri untuk tegar dalam setiap masalah. Cerdas dalam bertindak, hingga masalah selesai dengan kebijaksanaan.

Mentoring bukan training kilat yang menghasilkan kader instan. Perilaku dan karakter unggul tidak dapat tercipta dalam waktu seminggu dan sebulan tapi butuh proses lama. Mentoring dilakukan rutin pekanan dalam pertemuan, dan  rutin harian oleh setiap diri untuk terus menyalakan lentera hati dan mencharger semangat diri.

Pribadi unggul tak kenal henti
Mencari ilmu
Dan melejitkan potensi yang terpendam

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (Q.S. Ali Imran : 79).


Program Tutorial Universitas pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu lembaga yang membina dan mencetak generasi-generasi muda khususnya mahasiswa-mahasiwa baru di UPI menjadi pribadi yang berakhlak baik, religius dan cerdas. Ini sesuai dengan motto UPI salah satunya religius. Setiap semester, di hari sabtu dan minggu masjid Al-Furqon UPI tidak pernah sepi, selalu dipenuhi oleh mahasiswa UPI yang mengikuti tutorial.

Program yang menjadi kebanggaan Program Tutorial yaitu bina kader (BINDER). Mahasiswa yang menjadi binder diseleksi, mereka harus mengikuti wawancara dan tes tulis. Peserta binder adalah perwakilan dari setiap kelas, yang nantinya menjadi kader dakwah di kelasnya masing-masing. Para peserta binder dibina setiap pekan dari segi fikriyah, jasadiyah , dan ruhiyah.

Peserta binder diharapkan menjadi kader militan setelah mengikuti Program tutorial. Mereka ditraining setiap pekan dengan materi training pengembangan diri, motivasi, leadership, dan lain-lain. Apel siaga binder dan road to binder (RTB) juga menjadi salah satu kegiatan penunjang pembentukan karakter militansi peserta binder.
Intinya sih, militan tidak akan hadir tanpa pembinaan. Mentoringlah yang menjadi dasar utama pembentuk pribadi militansi.

Mentoring solusi tuk perbaiki diri.
Jadi kader militan bukan kader instan.
Semangat untuk berubah !!