12 Sep 2011

Ceritaku..^^


oleh: Id-3L

Segores tulisan dari insan yang banyak kekurangan dan perlu bimbingan, semoga Ia senantiasa menjaga dan membimbingku menuju jalan-Nya. Ini terjadi pada tanggal 13 Maret 2011.

Hari ini badanku terasa tidak fit. Beberapa hari ini, aktivitas selalu padat, pulang juga selalu ba'da maghrib. Sepulang dari observasi, aku mengikuti pelatihan photoshop di sekre setelah itu menemani pipit memperbaiki notebooknya. Pagi ini aku merasa lelah. Aku mencoba bangun dari kasur, rasanya tidur menjadi hal yang lebih baik untuk mengembalikan energiku yang berkurang. Namun pagi ini, aku harus menjarkom peserta tahsin-tahfidz program tutorial terkait acara kumpul perdana peserta angkatan ke-3. Sambil browsing dengan modem, aku membuka facebook, email, dan berita hari ini. Jam 11.00, aku selesai menjarkom peserta.

Sebuah sms masuk
“Bismillah... Ukhti, komunikasi adalah sesuatu yang penting dari organisasi apalagi lembaga dakwah. Afwan, secara langsung Akang mendengar dan melihat setidaknya 2x, teman-teman komunitas qur’an mengadakan pertemuan/syuro tanpa menginformasikan apalagi melibatkan Akang sebagai PJ BTT. Mangga difikirkan karena menurut Akang itu kurang benar. Mudah-mudahan ke depannya dapat diinformasikan walau mungkin Akang tidak hadir. Wallahua’lam. Mohon maaf jika Akang salah. Syukron & keep spirit !” sms itu dari PJ sementara BTT karena teh Muti dalam kondisi sakit.

Aku bingung harus membalas apa. Sms itu, aku kirim ke salah satu staf BTT. Beliau pun membalas.
“Abaikan dulu aj, teh. Kita fokus ke perbaikan kinerja dulu aj. Untuk beliau, biar nanti saya aj yang berkomunikasi secara langsung. Ada beberapa pemahaman yang mesti dibangun bersama.”
Semakin membingungkan dan memusingkan bagiku. Aku tidak diam saja. Aku balas sms beliau.
“Afwan jiddan, ana gak tahu kalau Akang gak tahu tentang info komunitas qur’an. Kirain ketika BTT rabid, staf BTT menginfokan. Memang dari dulu kalau rapat tim manajemen hanya dihadiri tim manajemen, hasilnya saja yang dilaporkan ke Kabid. Afwan, insyaAllah ke depannya akan diinfokan.”  Aku menaruh hp di atas meja lalu pergi ke kamar mandi.

Aku belum merasa baikan, tubuhku masih lemah. Aku mulai bersiap-siap pergi rapat komunitas qur’an di sekre program tutorial yang ada di Al-furqon lantai 1. Kepalaku sedikit pusing, aku coba makan siang dulu.
Rapat dimulai pukul 2 siang, yang dihadiri oleh 4 orang, kang Akom, kang Cep, Pipit dan aku. Kami membahas perkembangan peserta dan teknis acara besok sore.
Aku mendapat sms dari teh Rasi, beliau seniorku di UPTQ (Unit Pengembangan Tilawah Qur’an)
“Bismillah, teh Idhel, apa kabar keimanan ukhti hari ini ? J Semoga yazid ya. Ini rasi UPTQ, mau tanya boleh ?”
“Iya boleh teh, mau nanya apa ?” balasku
Setelah itu, hpku mati.
Jam 16.00, pipit dan aku pergi ke salman ITB, ada acara kamisan FLP.
Aku pulang dari salman bada maghrib
Sesampai di kosan, aku mencharger hp dan mengaktifkannya. Ada 6 pesan masuk. Satu persatu aku baca, ternyata ada balasan sms dari teh Rasi.
“Mau tanya, gamis teh Idhel bagus-bagus. Itu bikin atau beli ? kalau beli, di mana dan berapa? Kalau bikin, di mana dan berapa ? Bahannya udah dari sana/beli sendiri ? Jazakillah J
“Teh Rasi afwan tadi hp idhel mati. Ne baru dicharger, afwan baru balas. Gamis idhel, ada yang dibeli tapi kebanyakan bikin teh. Kalau beli, itu di Riau, harganya 75 ribu. Gamis yang bikin, itu di bulki jahitnya teh tapi ada yang idhel jahit sendiri kalau pulang ke Riau. Bahannya beli sendiri, ada yang beli di Riau tapi lebih banyak beli di kings atau pasar baru teh.” balasku

Sejenak ku renungi kejadian hari ini, mulai dari fisikku yang lemah namun memaksakan untuk beraktivitas yang padat hingga segala hal yang ku alami. Hari ini aku belajar bahwa komunikasi itu penting, bahkan aku pun berusaha memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan lawan jenis, berpendapat, bahkan mengangkat telpon dari lawan jenis karena tahu begitu pentingnya komunikasi itu tapi masih sedang ku bangun hal ini, karena aku masih belum bisa mudah akrab dengan orang yang baru ku kenal. Satu lagi  aku teringat akan rencanaku membuka jahitan baju sendiri. Aku berniat membuka usaha butik muslimah nanti jika ada rezeki. Suatu mimpi yang ingin aku wujudkan nanti. Yang selalu ada di hatiku bahwa aku ingin terus berkontribusi di Keluarga Qur'an apapun itu, sekecil apapun, yang penting aku masih bisa bersama-sama para pecinta Al-Qur'an yang senantiasa menghafal dan menjadikan Al-Qur'an sahabat sehari-harinya. Semoga kelak aku pun bisa membangun keluarga Qur'ani... Aamiin.

Ini tulisan pertamaku tentang peristiwa yang ku alami yang diposting diblog, tulisan ini ku buat hanya untuk tujuan berbagi cerita di blog. Biasanya episode kehidupanku tersimpan di diary berwana pink yang dilengkapi gembok kecil agar tak ada satupun yang bisa membaca kisahku. Sekarang, 2 Diary mungil telah penuh dengan coretan-coretan serta curahan hatiku. Peristiwa sedih, bahagia, persahabatan, prestasi, kecewa, impian bahkan tentang cinta. Ups, untuk curahan hati tentang cinta, ini punya cerita unik seperti namanya yaitu CINTA (Cerita Indah Nan Tiada Akhir). Indah karena, aku banyak belajar bagaimana mengelola Cinta itu agar tak jadi dosa. Hingga kini ceita indah nan tiada akhir ini selalu jadi kenangan yang tak terlupa, ia menjadi bagian dari kisahku yang hadir tuk jadi penguji diri, seberapa kuatkah prinsip itu dan keimananku. Alhamdulillah sampai hari ini, aku belum pernah pacaran. Salah satu prinsip yang hingga kini masih kupertahankan bahwa aku ingin pacaran setelah pernikahan. Itu akan jauuh.. lebih indah karena sudah halal dan diridhai-Nya...! 


Malam kembali hadir hiasi relung kehidupan
Do'a dan sujud terpanjat keharibat Yang Kuasa
Terselip harapan untuk kehidupan di masa datang
Bila raga dapat kembali hirup udara setiap pagi
Harapan dan impian kan selalu ada
Untuk hari-hari yang lebih baik

Semoga esok kan kembali cerah
Seindah Pelangi Sebiru Langit Id-3L ..^^




7 Sep 2011

Sinopsi Novel “Hatiku Milik-MU”



Novel “Hatiku Milik-Mu” benar-benar menyentuh dan sarat pelajaran yang dapat ku petik. Aku ingin menceritakan kembali novel ini dengan gaya bahasaku sendiri berdasarkan kacamata dan pengetahuanku tentang yang namanya Cinta. Novel yang ditulis Fatimah Syarha Mohd Noordin ini mengisahkan pencarian cinta hakiki seorang Ikhwan yang penuh dengan ujian. Umar Al-Mujahid, hatinya terpikat pada kesolehan Asiah Yusro hingga akhirnya memberanikan diri menyatakan cintanya pada bidadari dambaan para ikhwan Tarbiyyah itu. Cinta Umar tak berbalas, Asiah yusro tak merespon pernyataan suka Umar. Ia hanya diam, tak memberi jawaban. Sikap diam Asiah membuat Umar kecewa dan tersiksa dengan perasaannya. Hingga akhirnya, saat memasuki dunia Kampus semua membuncah. Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan teman satu kosan merubah Umar menjadi jauh dari hidayah Allah.

Hati ini Milik-Mu

 Dia merasa jenuh dan semakin jauh dari tarbiyah. Umar yang dikenal sebagai ketua pengawas di taman Islam yang berwibawa kini terjerembab ke dalam jerumus syaitan. Teman satu kosan Umar mengenalkannya pada seorang perempuan mantan pacarnya. Gadis yang cantik dan cukup menggoda bagi laki-laki tanpa iman yang memandang, kini hadir di dalam hidupnya. Perkenalan itu akhirnya berujung Cinta semu yang menghantarkan Umar pada kebahagiaan Cinta sesaat yang tak abadi. Perasaan yang belum pernah ia rasakan, hingga akhirnya terbuai dalam perangkap syaitan yang membawanya ke dalam kubangan dosa.

Asiah yusro, bidadari untuk para ikhwan perindu Surga bukan tidak menaruh hati pada Umar. Ia sangat mengagumi sosok Umar dari dulu hingga kini. Diamnya dulu karena ia malu menyatakan rasa kagumnya karena mereka belum halal. Ia takut hatinya terkotori dan terpenuhi oleh cinta selain cinta Allah. Ia lebih memilih sibuk dalam aktivitas da’wah dan tarbiyyah daripada memikirkan persaan dan hatinya yang sangat dilarang oleh Allah.

Umar, masih bersyukur karena keluasan rahmat Allah masih menghampirinya. Allah tidak benar-benar meninggalkannya, Allah masih sayang padanya. Ia akhirnya menyadari kalau dirinya semakin jauh dari ridha Allah, perbuatannya sudah melanggar syari’at agama. Umar beruntung memiliki sahabat yang masih peduli padanya, walau sangat jelas Umar menyatakan bosan dengan da’wah dan tarbiyyah, namun sahabatnya tak pernah meninggalkannya. Mereka tetap menasehati dan mengingatkan Umar. Itulah sebaik-baik teman adalah sahabat yang ada di saat susah dan senang, mereka menasehati, memotivasi dan terus menjaga kita saat diri mulai menyimpang dari jalan-Nya.

Umar pun kembali lagi ke dalam Tarbiyyah, ia merasakan bahwa Cinta Allah lah yang Hakiki dan tak pernah mengecewakan. Ia tinggalkan perempuaan yang membawanya melakukan dosa, ia kembali berjalan di jalan da’wah bersama sahabat-sahabatnya.

Suatu hari Asiah Yusro mengiriminya surat, dalam isinya Asiah memberikan jawaban atas sikapnya dulu kepada Umar.
Assalamualaikum…
Akhi Umar Al-Mujahid yang ana hormati, Ana harap surat ana ini bebas daripada fitnah dan prasangka. Semoga, setiap patah kata di dalamnya dinaungi panji keredhaan. Baru-baru ini, ana didatangi seorang gadis bernama Nur Syafika selepas selesai kuliyah Dr. Azmin. Dia mendakwa ana telah merampas antum daripadanya. Ana keliru dengan kenyataanya dan ana yakin akhi pun akan turut keliru. Hanya Allah dan kita berdua yang tahu hakikat sebenarnya kita tak pernah bercinta. Jiwa ana dapat merasakan bawa gadis itu terlalu mendalam cintanya kepada antum. Ana takkan sesekali menghalang jika dialah pilihan terbaik untuk antum. Namun, menyadari bahwa kita masing-masing mempunyai misi baitul da’wah yang perlu dilaksanakan demi Islam, ana mendoakan antum dimiliki oleh seorang sohibah yang faham tarbiyyah. Justeru, ketahuilah… Ana menghargai kehadiran risikan akhi dalam hidup ana. Ana tak sangka diri ana mempunyai tempat di hati antum. Entahlah samada tempat ana itu telah sedia dipenuhi yang lain atau tidak. Bagi pihak ana, dari dulu sampai sekarang, keyakinan ana kepada agama antum tak pernah berubah. Maafkan ana kerana terlalu lama membiarkan akhi dalam penantian. Ana takut pada maksiat hati yang bakal mendatang andai terlalu cepat memberi jawaban. Kini, ana telah bersedia. Ana sedia dipetik….
ASIAH YUSRO.

Umar membaca surat itu berulang kali. Dia bagaikan tidak percaya. Setelah bertahun-tahun lamanya, baru sekarang Asiah Yusro memberi jawaban untuk risikannya. Selama ini, Asiah Yusro benar-benar membuat dirinya tersiksa dibebani beribu persoalan dan penantian. Sehinggalah baru sekarang penantiannya berakhir. Dalam menanti jawaban itu, dia pernah tersungkur di pintu cinta Nur Syafika. Nur Syafika menjadi penawar untuk mengubat beban penantiannya. Namun, cinta Fika mencampakkannya jauh dari hidayah Allah. Jiwanya sering diburu bisikan-bisikan iman yang masih berbaki. Bisikan itu merupakan kesan daripada tarbiyyah yang pernah dilalui di Taman Islam. Suara iman itulah yang menyelamatkannya daripada terus kehilangan hidayah Allah. (Ya Allah! Cinta-Mu tak mengecewakan… Kau terlalu Maha Penyayang. Aku yakin, kehadiran cinta Asiah Yusro adalah tanda hadirnya cinta-Mu. Aku hamba yang durhaka namun Kau tak putus-putus memberikan rahmat-Mu. Ya Allah, layakkah aku yang penuh dosa ini untuk insan semulia Asiah Yusro? Asiah Yusro, kau bintang agama sedangkan aku, lumpur yang hina. Aku masih merangkak mencari kemulian seperti mana yang kau raih di sisi-Nya. Hatiku milik siapa? Ya Allah, hatiku milik-Mu!).

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya..? Apakah akhirnya mereka bersatu dalam mahligai Cinta yang diridhai Allah ? Pernikahan yang sangat diharapkan Asiah, bisa menjadi istri dari Umar Al-Mujahid, lelaki yang dikenal semangat berdakwah dan sholeh di Taman Islam. Asiah berharap agar kelak pergerakan dakwah dan tarbiyah semakin kuat jika menikah dengan sesama ikhwah juga. Sebuah harapan yang tentu juga dimiliki setiap akhwat. Bagi yang ingin tahu kelanjutannya bolehlah searching di google atau  komen di blog ini ya... ^^ 




Novelnya Sae Pisan...^^

Kisah Inspirasi "Dia Ditakdirkan tuk Jadi Pendamping Hidupku"



Kisah seorang ibu yang berhasil mendidik putar-putrinya menjadi penghafal Al-qur’an.
Kehidupan masa remaja wiwi dan tamim lurus terjaga hingga kedua insan ini akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga karena Lillah. Rumah tangga yang kini telah mencetak generasi-generasi rabbani, pecinta Al-qur’an. Inilah yang akan diraih bagi mereka yang menjadikan cinta karena Lillah. Semua akan indah, merekah dalam kasih Illah dalam setiap nafas. 

Proses Ta'aruf yang Benar, InsyaAllah Merakah Indah Dalam Kasil Ilah


Memilih pasangan dengan pertimbangan-pertimbangan diniyah, merupakan modal dasar untuk melangkah dengan harmoni.
Rasulullah bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara, karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang baik dalam agamanya agar berkah kedua tanganmu (kehidupanmu).” (HR. Muslim)

Demikianlah islam mengatur bahwa sakinah mawaddah dan rahmah bagi pasangan yang hendak menikah, diawali dari niat yang berlandaskan niat rabbaniyah, kebaikan agama. Tampaknya, hal itu pula disadari oleh Wiwi dan Tamim. Niat untuk bersih di dalam proses pernikahan pun menjadi awal yang baik dan keberkahan bagi proses membangun rumah tangga.

Wiwi mengisahkan bahwa saat remaja, sebagaimana layaknya remaja lain, ketertarikan kepada lawan jenis tentu tidak bisa dihindarkan. Dia pun mengalaminya. Wiwi yang aktivis dan cerdas tentu menarik bagi banyak remaja pria sebayanya. Akan tetapi, bukan perasaan senang yang muncul dalam hatinya, melainkan rasa takut. Takut kalau-kalau keberadaannya yang menarik perhatian teman-teman prianya itu akan mendatangkan fitnah.

Ketakutan bahwa dirinya akan menimbulkan fitnah bagi orang lain, diiringi dengan semakin takutnya dia terjerumus, semakin menjadi ketika salah seorang teman prianya berkata, “Jika aku tidak bisa menikah denganmu maka aku tidak akan menikah!”

Dalam sebuah kesempatan training PII, dia bertemu dengan Mutamimul ‘Ula. Rupanya di situ awal cinta bersemi. Ketertarikan pada lawan jenis adalah fitrah semua manusia. Wiwi merasakan perasaan yang berbeda pada Mutamimul ‘Ula saat itu. Perasaan takut Wiwi akan terjerumus kepada perbuatan maksiat kembali mendera. Dia merasa berdosa, tersiksa hingga beberapa tahun lamanya. Setiap kali shalat malam, Wiwi menangis dan dalam tangisnya dia berdo’a, “Ya Allah, saya telah berdosa. Ampunilah saya. Saya sudah berkomitmen pada prinsip-prinsip dakwah. Saya tidak menyukai cara ini!”

Sebagai seorang muslimah yang taat, dia memahami pesan Allah tentang hubungan lelaki-perempuan yang bukan mahram. Wa la taqrabu zina, innahu kana fahisyatan wa sa’a sabila, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra’, 17:32)

Seperti remaja pada umumnya, Wiwi menganggap bahwa dirinya masih jauh dari rencana menikah. Dia berencana menikah pada usia 25 tahun. Meskipun mereka berjauhan, Wiwi di Bandung dan Tamim di Semarang, mereka tetap saja sering bertemu dalam aktivitas organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Jadi, solusi rabani yang akhirnya dimintanya. Dia berdo’a pada Allah, “Ya Allah, jika dia jodohku, dekatkan. Kalau jauh, jauhkanlah.”

Wiwi dan Tamim adalah seorang yang sama-sama menyibukkan diri dengan Al-qur’an dan aktivitas organisasi Islam. Bahkan, ketertarikan Wiwi kepada Mas Tamim pun lebih banyak didorong oleh latar belakang keislamannya. Wiwi dan Mas Tamim memiliki latar belakang sama-sama anggota PII sehingga Wiwi menganggap bahwa mereka sama-sama mengerti ruh perjuangan Islam. Pertimbangan-pertimbangan ukhrawi ini seirama dengan para pejuang Islam terdahulu, bahwa memilih pasangan bukanlah semata persoalan duniawi tetapi sebuah investasi akhirat.

Alasan ketertarikan kepada suaminya kala itu lebih kepada faktor sama-sama mengerti ruh perjuangan. Wiwi juga mengagumi kepahaman agama Tamim yang bagus. Apalgi, penguasaan terhadap Al-Qur’an yang bagus dipadu dengan latar belakang akademis yang umum. Memadukan pikir dan zikir. Kepemimpinan Tamim yang kuat sebagai ketua PBII waktu itu juga menarik hati Wiwi.

Tampaknya Allah telah menakdirkan jodoh bagi Witrianingsih adalah Mutamimul ‘Ula. Ketika dia duduk di tingkat tiga Universitas Padjajaran Bandung dan tingkat empat Universitas islam Bandung, Mutamimul ‘Ula melamar. Dia melamar Wirianingsih dengan penuh kesederhanan. Dalam  persoalan pernikahannya pun, Wiwi menganggap bahwa semuanya berada dalam garis dakwah. Saat itu, Wiwi sedang mendapat tugas ke Salatiga untuk menjadi instruktur training PII se-Jawa Tengah. Wiwi awalnya akan berangkat dengan temannya, tetapi temannya urung datang, justru Tamim dan kakanya yang datang. Melihat Wiwi yang akan berangkat sendirian, kakak Tamim berinisiatif , “Sudah, dihalalkan saja, kamu nikahi Wiwi, dan antar ke Salatiga, kasihan kalau harus jalan jauh sendirian.” Tamim berpikir keras. Kemudian, dia berkata, “Kita sama-sama shalat malam lalu nanti kita pleno-kan.” Mereka berdua shalat malam di tempat masing-masing, lalu setelah itu digelar rapat pleno bersama teman-teman PII yang lain untuk membicarakan rencana pernikahan mereka. Kemudian, para anggota rapat menanyakan kesediaan Wiwi. Wiwi bimbang sebab menikah di usia sebelum 25 tahun sungguh di luar rencana hidupnya.

Akhirnya Wiwi berkata, “Terserah Bapak saya saja, jika beliau mengatakan ya, saya bersedia.” Akhirnya, Wiwi urung pergi ke Salatiga. Tamim beserta dua orang temannya menghadap ayah Wiwi, mengutarakan niatnya untuk menikahi Wiwi sebagai Istri dan teman seperjuangan. Jawaban yang didapatnya adalah, “Bismillah, nikah saja, rezeki urusan belakangan.” Hati Tamim tentu terlonjak gembira, Wiwi berbunga-bunga bercampur rasa takut luar biasa. Pad siang harinya, berkumpulah 25-30 orang yang sebagian besar adalah pengurus besar PII dan tetangga sekitar rumah, untuk menyaksikan akad Tamim dan Wiwi. Usai akad, mereka lansung berangkat ke Salatiga. Mereka telah sah menjadi pasangan suami-istri mujahid dan mujahidah. Hingga kini, mereka berdua tidak pernah menyelenggarakan walimatul ‘ursy.

Teruntuk muslimah, mari kita ambil ibrohnya, sesungguhnya proses pernikahan yang benar yang hanya di niatkan karena Allah tanpa terkotori oleh nafsu syahwat InsyaAllah akan penuh berkah dalam mahligai sebuah pernikahan. Kita tidak bisa memungkiri bahwa cinta anugerah yang telah diberikan Allah kepada setiap hati manusia. Namun persoalannya adalah bagaimana cinta itu dikelola dengan cara yang benar dan diridhai-Nya. 

Cinta yaitu Cerita Indah Nan Tiada Akhir, sebuah rasa yang tak bisa digambarkan namun hanya bisa dirasakan. Setiap hati-hati yang tersinggahi cinta, biasanya terjadi perubahan-perubahan pada diri. Kini tergantung pemilik hati itu mengelola anugerah cinta tersebut. Biarkan Cinta itu tersimpan dalam hati, serahkan pada Allah. Allah Maha Mengetahui, bahkan yang terbaik untuk diri kita. 

Ukhtifillah, Muslimah dimanapun. Jagalah sikap dan perilaku kita, agar tak ada hati-hati ikhwan yang terkotori. Biarkan Allah yang memilih jodoh untukmu wahai saudariku, kini tinggal kita perbaiki diri dan menjadi pribadi yang baik. Jika saatnya sudah tepat, jodoh datang kepadamu maka pilihlah cara/proses yang benar agar proses ta'aruf menuju pernikahan di ridhai Allah dan tidak menimbulkan fitnah. Pernikahan dengan proses yang benar dan diridhai Allah, InsyaAllah akan penuh Berkah. Seperti kisah Wiwi, seorang akhwat yang berusaha menjaga hatinya agar tak mendekati dosa.  Proses pernikahan yang baik maka akan berbuah kebaikan dan keberkahan di dalam rumah tangga. Wiwi telah membuktikannya, kini ia telah berhasil melahirkan dan mendidik putra-putrinya menjadi penghafal Al-Qur'an. Tak inginkah dirimu demikian wahai ukhti ? Menjadi ibu yang melahirkan generasi-generasi Qur'ani



 Segores tulisan dari Insan yang berharap menjadi salah satu ibu yang bisa melahirkan dan mencetak generasi-generasi Rabbani, pecinta Al-Qur'an. Aamiin...^^

Ukhtifillah..
Semua akan Indah Pada Waktunya...!!
Jagalah Hati dan Perilaku
Agar tak ada yang Terjerumus ke dalam Dosa
Yuk.. kita jalani proses ta'aruf yang benar
Agar merekah kasih Illah
Membingkai Cinta karena Lillah 
Agar meraih derajat taqwa
Dalam membina mahligai rumah tangga